Rabu, 23 Mei 2012

askep anak ensenfalitis


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN ENSEFALITIS









DISUSUN OLEH :

`                                               Wahyu Dayatmono

         G0A010055


 


PROGRAM STUDIDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012

ASKEP ANAK DENGAN ENSEFALITIS


A.    Pengertian
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro            organisme lain yang non purulent. (Rahman M, 1998).

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme.(Purnawan junadi, 1982).

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam microorganism. Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis. (hasan, 1997).

Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).

Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).

Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).

Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).

  1. Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis, misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :
1.      Infeksi virus yang bersifat epidemik
2.      Infeksi virus yang bersifat sporadik
3.      Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.

  1. Patogenesis
Virus masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
1.       virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu
2.      Penyebaran hematogen primer, yaitu virus masuk ke dalam darah menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3.      Penyebaran melalui saraf-saraf, yaitu virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa berlangsung selama 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas dan pucat, gejala lainnya berupa gelisah, perubahan perilaku, gangguan kesadaran dan kejang.

  1. Tanda dan gejala ensefalitis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
1.       Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2.        Kesadaran dengan cepat menurun
3.        Muntah
4.        Kejang- kejang
5.        Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997)
6.      Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah. Pemeriksaan

  1. Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:
  1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
  2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
  3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
  4. Pungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
  5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).
  6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga didapat hasil edema diffuse.

  1. Penatalaksanaan
Obat-obat antikonvulsif untuk memberantas kejang segera diberikan secara intramusuler atau intravena tergantung pada kebutuhan, misalnya luminal atau valium. ‘’Intravenous fluid drip’’ langsung dipasang. Cairan bergantung pada anak
a. Isolasi : isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli atau rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur obat yang mungkin di anjurkan oleh dokter:
1)      Ampicilin :200mg/kg BB/24 Jam, dibagi 4 dosis.
2)      Kemicetin : 100 mg/kg bb/24 jam dibagi 4 dosis.
3)      Bila ensefalitis disebabkan oleh virus (HSV). Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kg bb per hari, dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial
d. Mengontrol kejang, obat anti konfulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.obat yang diberikan adalah valium dan atau luminal. Dan valium dapat diberikan dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg bb/ kali.
e. Mempertahankan ventilasi, berdasarkan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3menit )
f.  Mengontrol perubahan suhu lingkungan.

  1. Komplikasi
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada penderita yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.














  1. Pathways
Virus / Bakteri
                                      
                                       Mengenai CNS          
                                                                  
                                        Insevalitis
                                                  
                                                                                      
  Tik                                      Kejaringan Susu Non Saraf Pusat            Panas/Sakit kepala
                                                                                        
Muntah- muntah                     Kerusakan- kerusakan susunan                     Rasa Nyaman
     Mual                                                Saraf  Pusat
                                                                       
BB Turun
- Gangguan Penglihatan      Kejang Spastik
                                    - Gangguan Bicara                 
Nutrisi Kurang          - Gangguan Pendengaran    Resiko Cedera
               - Kekemahan Gerak            Resiko Contuaktur
                                                        
Gangguan Sensorik
                           Motorik
A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama klien, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,alamat / no telp, tgl masukrmh sakit, no register,dx medis, sumber informasi, tanggal pengkajian.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
a.   Alasan masuk : hal yang mendorong klien mencari pertolongan tenaga kesehatan
b.   Keluhan utama :
panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, kejang, kesadaran menurun, Gelisah ,muntah-muntah , sakit kepala.
Dan perkembangan penyakit saat ini dan sekarang (here and now) yang masih dirasakan harus menggambarkan kriteria PQRST.
c.    Upaya dan terapi yang telah di lakukan untuk mengatasinya :

III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
             Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.

IV.  RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
            Genogram tiga generasi, Identifikasi penyakit yang pernah di derita / sedang di derita keluarga, riwayat penyakit keturunan, penyakit ensefalitis yang diderita keluarga.
V.   RIWAYAT PSIKOSOSIAL
              Pola peran berhubungan dengan keluarga baik dan tidak ada masalah.
VI. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
A.   Nutrisi & Cairan
Pemenuhan Nutrisi Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.

B. Eliminasi:
Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

C. Istirahat/Tidur
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

D.   Personal Higiene
Dapat di temukan berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri dan dapat menimbulkan ketergantungan

E.    Pola Aktifitas
a. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan, karena Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM (range of motion)
Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .
Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
F.    Seksualitas
Dapat menyebabkan masalah pada klien dalam berhubungan dengan pasangannya. Dapat terjadi perubahan pola pola seksualitas yang membutuhkan konsultasi/konseling lebih lanjut.

G.   Spiritualitas
Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah rutin yang biasa klien lakukan berhubungan dengan keterbatasan gerak dan nyeri yang dapat mempengaruhi kegiatan  ibadah rutin yang biasa di lakukan klien sehari-hari.

H.   Sosial
Faktor menderita ensefalitis, dapat menyebabkan kerusakan interaksi social klien dengan keluarga atau orang lain : perubahan peran ; isolasi diri

I.  Pemeriksaan fisik
-     Bradikardia Tingkat kesadaran      : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
-     GCS                                         : Eye respon Motorik respon Verbal respon:
                                                      
-          Keadaan umum                        : sakit
-          Kulit                                         : saat diraba kulit terasa agak panas
-          Ttv                                            : terjadi peningkatan sistol tekanan darah,
                                                         penurunan nadi, peningkatan frekuensi
                                                         pernafasan.
-          Kepala                                      : wajah tampak lesu, pucat, sakit kepala, varestesia,
                                                         terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena,
                                                         kehilangan sensasi(kerusakan pada asaraf kranial)
-          Mata                                         : gangguan pada penglihatan, seperti diplopia,
                                                         menguji penglihatan, ukuran pupil, reaksi
                                                         terhadap sinar dan ketidaknormalan pergerakan
                                                         mata.
-          Telinga                                      : ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap
                                                         Kebisingan
-          Hidung                                    : adanya gangguan penciuman
-          Mulut dan gigi                          : membran mukosa kering, lidah terlihat bintik
                                                         putih dan kotor
-          Leher                                            : terjadi kaku kuduk dan terasa lemas
-          Dada                                                        : adanya riwayat kardiopatologi seperti
endokarditis, beberapa penyakit jantung                                                    congenital
-          Abdomen                                      : biasanya klien mual dan muntah
-          Genetalia, rectum dan abdomen   : tidak ada kelainan
-          Eksremitas atas dan bawah           : tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin
-          BB Dan TB                                    : penurunan berat badan akibat penurunan nafsu
                                                                makan dan tinggi badan di kaji sesuai usia.

  1. Pemeriksaan laboratorium
               Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.

              Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

I.DIAGNOSA YANG SERING TIMBUL PADA ENSEFALITIS
1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang
4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
·         Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
 Tujuan            : tidak terjadi infeksi
 Kriteria hasil   : Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi
Intervensi 1     :Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau          pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
Rasional         :menurunkan resiko terkena infeksi. mengontrol penyebaran Sumber infeksi,   mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
Intervensi 2    :Atur suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
Rasional         :Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan
  Meningkosamia .
Intervensi 3    : Berikan antibiotika sesuai indikasi
Rasional         : Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN II
·         Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang
Tujuan : Tidak terjadi trauma
Kriteria hasil : Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi 1    :Berikan pengamanan pada klien dengan memberi bantalan,penghalang tempat             tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
Rasional         : Melindungi pasien jika terjadi kejang , pengganjal mulut agar lidah tidak
   Tergigit.
   Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
Intervensi 2    : Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
Rasional         : Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
Intervensi 3    : Kolaborasi:
   -Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
Rasional         :Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
Intervensi 4    : Abservasi tanda-tanda vital
Rasional         :Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN III
·         Resiko terjadi kontraktur b/d spesifik berulang
Tujuan             :Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil   :Tidak terjadi kekakuan sendi
 Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi 1    :Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik ,
 Terjadi kekacauan sendi.
Rasional         : Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau
  Membantu program perawatan .
Intervensi 2    : Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
Rasional         :Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor
Intervensi 3    : Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
Rasional         : Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke
 Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
Intervensi 4    : Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
Rasional         : Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila
 Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
Intervensi 5    : Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai
  Indikasi
Rasional         : Diberi dilantin / valium , kejang / spastik hilang

Daftar Pustaka

Ngastiyah.1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sacharian, Rosa M.1993.Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran             EGC:Jakarta .
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
     Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
     Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar