ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN ENSEFALITIS
DISUSUN OLEH :
` Wahyu Dayatmono
G0A010055
PROGRAM STUDIDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2012
ASKEP ANAK DENGAN ENSEFALITIS
A. Pengertian
Ensefalitis adalah
infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non
purulent. (Rahman M, 1998).
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak
oleh berbagai macam mikroorganisme.(Purnawan junadi, 1982).
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak
oleh berbagai macam microorganism. Pada ensefalitis terjadi peradangan
jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis. (hasan,
1997).
Encephalitis adalah radang jaringan otak
yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau
virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Encephalitis adalah infeksi jaringan
atas oleh berbagai macam mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Encephalitis adalah infeksi yang
mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang
non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah radang jaringan otak
yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau
virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
- Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat
menyebabkan ensefalitis, misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta
dan virus. Penyebab terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi dapat
terjadi karena virus langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :
1.
Infeksi virus yang
bersifat epidemik
2.
Infeksi virus yang
bersifat sporadik
3.
Ensefalitis pasca
infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.
- Patogenesis
Virus masuk ke tubuh pasien melalui
kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus
akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara :
1.
virus terbatas menginfeksi selaput lendir
permukaan atau organ tertentu
2.
Penyebaran hematogen
primer, yaitu virus masuk ke dalam darah menyebar ke organ dan berkembang biak
di organ tersebut.
3.
Penyebaran melalui
saraf-saraf, yaitu virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem saraf.
Masa berlangsung selama 1-4 hari
ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstremitas dan pucat, gejala lainnya berupa gelisah, perubahan
perilaku, gangguan kesadaran dan kejang.
- Tanda dan gejala ensefalitis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda,
gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan
sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis yang
terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran
dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut
:
1.
Suhu
yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2.
Kesadaran dengan cepat menurun
3.
Muntah
4.
Kejang- kejang
5.
Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat
timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia,
dan sebagainya (hassan,1997)
6.
Inti dari sindrom
ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia,
nystagmus, kelemahan otot-otot wajah. Pemeriksaan
- Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan
gejala klinik tersebut diatas:
- Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
- Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji teutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
- Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
- Pungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
- EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).
- CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga didapat hasil edema diffuse.
- Penatalaksanaan
Obat-obat antikonvulsif untuk
memberantas kejang segera diberikan secara intramusuler atau intravena
tergantung pada kebutuhan, misalnya luminal atau valium. ‘’Intravenous fluid drip’’ langsung dipasang. Cairan bergantung pada
anak
a. Isolasi
: isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli atau rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
b. Terapi
antimikroba, sesuai hasil kultur obat yang mungkin di anjurkan oleh dokter:
1)
Ampicilin :200mg/kg
BB/24 Jam, dibagi 4 dosis.
2)
Kemicetin : 100 mg/kg
bb/24 jam dibagi 4 dosis.
3)
Bila ensefalitis
disebabkan oleh virus (HSV). Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis
30 mg/kg bb per hari, dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah
kekambuhan.
c. Mengurangi
meningkatnya tekanan intrakranial
d. Mengontrol
kejang, obat anti konfulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.obat yang
diberikan adalah valium dan atau luminal. Dan valium dapat diberikan dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg/kg bb/ kali.
e. Mempertahankan
ventilasi, berdasarkan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3menit )
f. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
- Komplikasi
Angka kematian untuk ensefalitis ini
masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada penderita yangb hidup 20-40 %
mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan
atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
neurologik yang nyata,dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita
retardasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi.
- Pathways
Virus / Bakteri
Mengenai
CNS
Insevalitis
Tik Kejaringan
Susu Non Saraf Pusat Panas/Sakit kepala
Muntah- muntah Kerusakan-
kerusakan susunan
Rasa Nyaman
Mual Saraf Pusat
BB Turun
- Gangguan Penglihatan Kejang Spastik
- Gangguan Bicara
Nutrisi Kurang -
Gangguan Pendengaran Resiko Cedera
- Kekemahan
Gerak Resiko Contuaktur
Gangguan Sensorik
Motorik
A.
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama klien, tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,alamat
/ no telp, tgl masukrmh sakit, no register,dx medis, sumber informasi, tanggal
pengkajian.
II. RIWAYAT
KESEHATAN SEKARANG
a. Alasan masuk : hal yang mendorong klien mencari pertolongan tenaga
kesehatan
b. Keluhan utama :
panas badan meningkat kurang lebih 1-4
hari, kejang, kesadaran menurun, Gelisah ,muntah-muntah , sakit kepala.
Dan perkembangan penyakit saat ini dan sekarang
(here and now) yang masih dirasakan harus menggambarkan kriteria PQRST.
c. Upaya dan terapi yang telah di lakukan untuk mengatasinya :
III. RIWAYAT
KESEHATAN YANG LALU
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih
1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada
hidung,telinga dan tenggorokan.
IV. RIWAYAT
KESEHATAN KELUARGA
Genogram
tiga generasi, Identifikasi penyakit yang pernah di derita / sedang
di derita keluarga, riwayat penyakit keturunan, penyakit ensefalitis yang
diderita keluarga.
V. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pola peran berhubungan dengan
keluarga baik dan tidak ada masalah.
VI. PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR
A. Nutrisi & Cairan
Pemenuhan Nutrisi Biasanya klien dengan
gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai Dengan adanya mual, muntah,
kepalah pusing, kelelahan.
Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
B. Eliminasi:
Kebiasaan Defekasi sehari-hari Biasanya
pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka
dapat terjadi obstipasi. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
C. Istirahat/Tidur
Biasanya pola tidur dan istirahat pada
pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering
mengalami apatis sampai koma.
D. Personal Higiene
Dapat di temukan berbagai kesulitan
untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri dan dapat menimbulkan
ketergantungan
E. Pola Aktifitas
a. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan, karena
Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM (range of motion)
Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .
Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM (range of motion)
Kekuatan otot berkurang karena Ensefalitis dengan gizi buruk .
Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi berat,aktifitas turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
F. Seksualitas
Dapat menyebabkan masalah pada klien dalam
berhubungan dengan pasangannya. Dapat terjadi perubahan pola pola seksualitas
yang membutuhkan konsultasi/konseling lebih lanjut.
G. Spiritualitas
Dapat terjadi gangguan dalam melaksanakan ibadah
rutin yang biasa klien lakukan berhubungan dengan keterbatasan gerak dan nyeri
yang dapat mempengaruhi kegiatan ibadah rutin yang biasa di lakukan
klien sehari-hari.
H. Sosial
Faktor menderita ensefalitis, dapat menyebabkan
kerusakan interaksi social klien dengan keluarga atau orang lain : perubahan
peran ; isolasi diri
I. Pemeriksaan fisik
- Bradikardia Tingkat kesadaran : Adanya
penurunan tingkat kesadaran.
- GCS : Eye respon Motorik respon Verbal respon:
-
Keadaan
umum : sakit
-
Kulit : saat diraba kulit
terasa agak panas
-
Ttv : terjadi peningkatan
sistol tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan frekuensi
pernafasan.
-
Kepala : wajah tampak lesu, pucat,
sakit kepala, varestesia,
terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena,
kehilangan sensasi(kerusakan pada asaraf kranial)
-
Mata : gangguan pada
penglihatan, seperti diplopia,
menguji penglihatan,
ukuran pupil, reaksi
terhadap sinar dan ketidaknormalan pergerakan
mata.
-
Telinga : ketulian atau mungkin hipersensitif
terhadap
Kebisingan
-
Hidung : adanya gangguan penciuman
-
Mulut dan
gigi : membran
mukosa kering, lidah terlihat bintik
putih dan kotor
-
Leher : terjadi kaku kuduk
dan terasa lemas
-
Dada : adanya riwayat
kardiopatologi seperti
endokarditis, beberapa penyakit jantung
congenital
-
Abdomen : biasanya klien mual
dan muntah
-
Genetalia, rectum dan
abdomen : tidak ada kelainan
-
Eksremitas atas dan
bawah : tidak
ada kekuatan otot dan teraba dingin
-
BB Dan
TB : penurunan berat badan akibat penurunan nafsu
makan dan tinggi
badan di kaji sesuai usia.
- Pemeriksaan laboratorium
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.
I.DIAGNOSA YANG SERING TIMBUL PADA ENSEFALITIS
1. Resiko tinggi
infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi
perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko tinggi
terhadap trauma b/d aktivitas kejang
4. Nyeri b/d adanya
proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan
mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6. Gangguan asupan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7. Gangguan
sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
8. Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9. Resiko gangguan
integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10. Resiko terjadi
kontraktur b/d spastik berulang.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh
terhadap infeksi turun
Tujuan :
tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Masa
penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi
Intervensi
1 :Pertahanan teknik
aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
Rasional :menurunkan
resiko terkena infeksi. mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah
pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
Intervensi 2 :Atur suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
Rasional :Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan
Meningkosamia .
Intervensi 3 : Berikan
antibiotika sesuai indikasi
Rasional : Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas
individu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN II
·
Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas
kejang
Tujuan : Tidak
terjadi trauma
Kriteria hasil : Tidak
mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi
1 :Berikan pengamanan pada
klien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan
pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
Rasional : Melindungi pasien jika terjadi kejang , pengganjal mulut
agar lidah tidak
Tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal
mulut hanya saat mulut relaksasi.
Intervensi 2 : Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
Rasional : Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
Intervensi 3 : Kolaborasi:
-Berikan
obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
Rasional :Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
Intervensi 4 : Abservasi tanda-tanda vital
Rasional :Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan
lanjutan.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN III
·
Resiko terjadi kontraktur b/d spesifik berulang
Tujuan :Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil :Tidak terjadi kekakuan sendi
Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi 1 :Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya
spastik ,
Terjadi
kekacauan sendi.
Rasional : Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan
mau
Membantu
program perawatan .
Intervensi 2 : Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara
bertahap
Rasional :Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor
Intervensi 3 : Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
Rasional : Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi
ke
Jaringan
lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
Intervensi 4 : Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
Rasional : Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi
dini bila
Ada
kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
Intervensi 5 : Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin /
valium sesuai
Indikasi
Rasional : Diberi dilantin / valium , kejang / spastik hilang
Daftar Pustaka
Ngastiyah.1997, Perawatan
Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sacharian, Rosa M.1993.Prinsip
Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta .
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.
Laboratorium UPF
Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
Fakultas
Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar