Rabu, 20 Juni 2012

STRATEGI PELAKSANAAN PK


STRATEGI PELAKSANAAN PK
DI RSJD. Dr.AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG


Description: Logo























OLEH:
Wahyu dayatmono
G0A010055




PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS  MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama        : Perilaku kekerasan/Amuk/Marah
  
A. PROSES KEPERAWATAN
1)      Pengkajian :
a)      Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b)      Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang‑barang.

2)      Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan/ngamuk

B. STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan untuk pasien
a.          Tujuan
1)      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2)      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3)      Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4)      Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5)      Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6)      Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

b.      Tindakan
1)      Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a)      Mengucapkan salam terapeutik
b)      Berjabat tangan
c)      Menjelaskan tujuan interaksi
d)     Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2)      Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan  yang lalu
3)      Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d)     Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4)      Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat  marah   secara:
a)      verbal
b)      terhadap orang lain
c)      terhadap diri sendiri
d)     terhadap lingkungan
5)      Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6)      Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a)      Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b)      Obat
c)      Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d)     Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7)      Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a)      Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b)      Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8)      Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a)      Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b)      Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9)      Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a)      Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b)      Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10)  Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a)      Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b)      Susun jadwal minum obat secara teratur
11)  Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok  Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
ORIENTASI:
“Selamat pagi  pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil saya yudi, saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat  ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab lain yang membuat bapak  marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”

Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak  sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi” 

SP 2  Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a.    Evaluasi latihan nafas dalam
b.    Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c.    Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

 


ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
 “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
 “Mari kita masukkan  kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?  Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
 “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y pak”

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 







 SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a.       Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b.      Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c.       Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

ORIENTASI

Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster  baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1.      Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2.      Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3.      Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba  masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
 “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4  Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual  
a.  Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
      dan sosial/verbal
b.  Latihan sholat/berdoa
c.  Buat jadual latihan sholat/berdoa

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam  yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah”
 “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat  sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
 “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”


SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat   
a.       Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b.      Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c.       Susun jadual minum obat secara teratur

 


ORIENTASI
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,  bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
FASEKERJA (perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!
 “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang,  yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang  merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak   minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7  malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,  untuk membantu mengatasinya bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat  apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
1.      Tindakan keperawatan untuk keluarga
a.       Tujuan
 Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b.      Tindakan
1)      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)      Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
    tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
4)      Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a)      Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
b)      Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c)      Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5)      Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga:   Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah   
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
    tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku  
    tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain

ORIENTASI

“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang  tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya bu”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”




SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol   
                           Kemarahan
a)                                    Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b)            Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
c)            Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d)           Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

ORIENTASI

“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”

“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”

KERJA

”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”

”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”

”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”

”Masih ingat pak, bu  kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?”

”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar

lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.

“Bagus sekali, bapak  dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”

“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.

 “Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:


1.      Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.

2.      Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

3.      Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”

“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”.

“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang,  tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”

“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”

“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

TERMINASI

“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”

“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”

“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”

“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”

“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”















                  
SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga
                            Buat perencanaan pulang bersama keluarga

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat  tolong dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak   menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.”

TERMINASI

“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, kontrol; ke rumah sakit). Saya rasa mungkin cukup sampai disini dan untuk persiapan pulang pasien lainya akan segera saya siapkan”

LAPORAN PENDAHULUAN PK


LAPORAN PENDAHULUAN  PK
DI RSJD. Dr.AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG


Description: Logo
























OLEH:
Wahyu dayatmono
G0A010055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS  MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012









LAPORAN PENDAHULUAN

A.    Masalah Utama:
Perilaku kekerasan.

B.     Proses Terjadinya Masalah
1.      Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Towsend,1998).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000)
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
        Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
        Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
Tanda dan gejala:
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak, memukul dan mengamuk.
2.      Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala:
      Perasaan malu terhadap diri sendiri
      Rasa bersalah terhadap diri sendiri
      Merendahkan martabat
      Gangguan hubungan sosial
      Percaya diri kurang
      Mencederai diri
3.      Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
      Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
      Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

C.    Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan








Core Problem
 

 



Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif

D.    Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1.      Masalah keperawatan:
a.       Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.      Perilaku kekerasan / amuk
c.       Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
2.      Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a.       Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
§  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
§  Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.
§  Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
§  Mata merah, wajah agak merah.
§  Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
§  Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§  Merusak dan melempar barang‑barang.


b.      Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
§  Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
§  Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.
§  Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
§  Mata merah, wajah agak merah.
§  Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
§  Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
§  Merusak dan melempar barang‑barang.
c.       Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

E.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perilaku kekerasan
2.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F.     Rencana Tindakan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.



Tujuan Khusus:
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1.      Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2.      Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3.      Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.      Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1.      Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2.      Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3.      Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3.      Klien dapat mengidentifikasi tanda‑tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
4.1.      Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
4.2.      Observasi tanda perilaku kekerasan.
4.3.      Simpulkan bersama klien tanda‑tanda jengkel / kesal yang   dialami klien.
4.      Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1.      Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2.      Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan                      yang biasa dilakukan.
4.3.      Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5.      Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1.      Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2.      Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3.      Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6.      Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
6.1.      Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2.      Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3.      Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4.      Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
7.      Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1.      Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2.      Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3.      Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4.      Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5.      Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8.      Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1.      Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui     pertemuan keluarga.
8.2.      Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1.      Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
9.2.      Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
9.3.      Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa II: gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.4.      Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.5.      Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.6.      Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1        Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2        Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3        Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.      Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1        Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2        Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.      Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1.      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
4.2.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1.      Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2.      Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3.      Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6.      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1        Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2        Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3        Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4        Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
  




















DAFTAR PUSTAKA

1.     Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
2.     Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book
3.     Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.
4.     Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
5.     Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
6.     Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
7.     Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000