Rabu, 23 Mei 2012

konsep pemberian obat


PEMBERIAN OBAT
            Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpentingperawat. Obat adalah alat utma terapi yang di gunakan dokteruntuk mengobati klien yang memiliki  masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal. Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
a.   Nomenklatur obat dan bentuk obat
Suatu obat, atau medikasi, adalah zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit. Anggota tim kesehatan menggunakan istilah obat dan medikasi untuk maksud yang sama. Orang awam biasanya mengartikan medikasi sebagai obat (medicines).

b.   Nama
Sebuah obat dapat memiliki empat nama berbeda. Nama kimia member gambaran komposisi obat. Salah satu contoh nama kimia ialah asam asetilsalisilat yang biasa disebut sebagai aspirin. Nama generic diberikan oleh pabrik yang pertama kali mempoduksi obat tersebut sebelum mendapat izin dr FDA dan hal ini dilindungi hokum. Aspirin dan verapamilhidro klorida adalah contoh nama generic. Undang-undang federal pada tahun 1962 mewajibkan setiap obat diberi sebuah nama resmi. Nama resmi obat adalah nama obat dalam publikasi resmi, missal dalam United States Pharmaciea (USP). Sebuah nama obat generic seringkali menjadi nama resmi, missal pada kasus aspirin. Nama dagang, nama merk atau nama pabrik adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generic dapat memiliki nama dagang yang berbeda.

c.   Klasifikasi
Pemberian perawatan mengategorikan obat yang karakteristiknya sama berdasarkan klasifikasi obat tersebut. Klasifikasi obat mengidentifikasikan efek pada system tubuh. Gejala yang dihilangkan, atau efek yang diinginkan. Setiap golongan berisi obat yang diprogramkan untuk masalah kesehatan yang sama.

d.   Bentuk obat
Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat obat. Misalnya, kapsul diberikan peroral dan larutan diberikan per intravena. Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorbs dan metabolism di dalam tubuh. Banyak obat tersedia dalam beberapa bentuk. Misalnya tablet, kapsul, eliksir, dan supositoria. Ketika member obat, perawat harus yakin bahwa dia memberikan obat dengan benar.


e.   Undang-undang dan standar obat
1)         Standar Obat
Pada tahun 1906 pemerintah Amerika Serikat menetapkan standar kualitas dan kemurnian obat berdasarkan pure food and drag act (undang-undang makanan dan obar murni). Publikasi resmi seperti USP dan National Folmulary. Menetapkan standar kualitas, kemurnian, pengepakan. Keamanan pelabelan dan bentuk dosis obat. Di Kanda, British Pharmacopeia (BP) farmasi menggunakan standar ini untuk memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :
1.      Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain diperbolehkan dalam produksi obat.
2.      Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat mempengaruhi kekuatan produksi obat.
3.      Biovailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan mealrut, diabsorbsi dan di angkut tubuh ke tempat kerjanya disebut biavalibility.
4.      Kemampuan. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektifitas obat.
5.      Keamanan. Semua obat harus tesus di evaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.
2)                              Undang dan Kontrol
           Di Amerika Serikat, perundang undangan yang mengatur tentang obat dimulai dengan dikeluarkanya pare food and drag act (Undang-undang makanan dan obat murni). Pada tahun 1906. Undang-undang tersebut menfokuskan perhatian dan kemurnian makanan, tetapi harusmenetapkan standar resmi obat.
            Hukum yang mengatur tentang obat di Negara bagian harus sesuai dengan undang-undang federal. Negara bagian dapat menentukan control tambahan, termasuk pengontrolan zat yang tidak diatur oleh pemerintah federal. Sebagai contoh, pemerintah local dapat mengatur penjualan dan penggunaan alcohol dan tembakau.
            Peraturan federal Negara bagian, dan daerah mempengaruhi praktik keperawatan, termasuk penatalaksanaan pengobatan. Praktik keperawatan Negara bagian menetapkan undang-undang dan mengatur batasan lingkup dan fungsi serta tanggung jawab seorang perawat professional. UU ini merupakan pernyataan kebjakan gabungan yang dibuat oleh asosiasi perawat, dokter, dan rumah sakit Negara bagian. UU praktik keperawatan melindungi masyarakat dari perawat yang tidak terampil berpendidikan rendah, dan tidak memiliki lisensi.
            Sebelum menerima tanggung jawab dalam member obat intravena, perawt harus berhati-hati terhadpa kebijakan administrative yang berlaku di insitusi tempat perawat tersebut bekerja. Karena suntkan intravena dapat menimbulkan efek samping yang serius.
            Perawat bertanggung-jawab mengikuti ketentuan hokum saat memberikan zat terkontrol (controlled sibtance) (obat mempengaruhi pikiran atau perilaku) yang hanya dapat dikeluarkan jika diresepkan. Pelanggaran terhadap controlled substances act dihukum dengan dikenakan denda, dipenjarakan, dan izinnya sebagai perawat dicabut. Rumah sakit dan intitusi perawatan lain memiliki kebijakan tentang penyimpangan dan pendistribusian zat terkontrol yang benar, termasuk narkotik.



Penggunaan Obat Nonterapeutik
Beberapa orang menggunakan obat bukan untuk tujuan yang benar. Penggunaan obat secara tidak bijaksana menimbulkan masalah kesehatan bagi pengguna, keluarga, dan komunitasnya. Pada masa lalu penggunaan yang keliru (misuse) atau penyalahgunaan obat (drug abuse) berhubungan dengan penggunaan untuk memperoleh  efek terapeutik, misalnya untuk meredaka nyeri atau menurunkan rasa cemas. Saat ini factor, seperti tkanan teman sebaya, rasa ingin tahu, dan pencarian kesenangan merupakan motivator penggunaan obat yang tidak terapeutik. Masalah penyalahgunaan obat tidakterbatas hanya pada heroin, kokain, dan obat keras lainnya. Masyarakat kita memiliki kesadaran tentang penggunaan obat. Hal ini ditunjukkan oleh penayangan iklan pereda nyeri, dekongestan, dan antacid yang sering di televise.
Perawat memiliki kewajiban etis dan hokum untuk memahami masalah individu yang menyalahgunakan obat. Ketika merawat klien yang diduga menyalahgunakan obat atau menglami ketergantungan obat , perawat harus menyadari nilai dan sikap mereka sendiri terhadap penggunaan secara sengaja zat yang berpotensi berbahaya. Perawat tidak dapatmembangun hubungan yang terapeutik dengan klien, jika nilai – nilai pribadinya menghambatnyamenerima atau memahami kebutuhan klien. Apabila perawat memiliki pengetahuan tentang perubahan fsik, psikologis, dan social akibat penyalahgunaan obat, perawat dapat mengidentifikasi klien yang memiiki masalh dengan obat. Perawat harus mengenali dan mmemahhami masalah kolega yang menderita akibat penyalahgunaan obat. Dewasa ini banyak program tersedia untuk membantu para perawat ini menjadi pulih.
v  Sifat Kerja Obat
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Sebuah obat tidak menciptakan suatu fungsi didalam jaringan tubuh atau organ, tetapi mengubah fungsi fisiologis. Obat dapat melindungi sel dari pengaruh agens kimia lain,meningkatkan fungsi sel, atau mempercepat atau memperlambat proses kerjasel. Obat dapat menggantikan zat tubuh yang hilang ( contoh; insulin, hormon tiroid, atau esterogen)

Mekanisme Kerja
Obat menghasilakan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membran sel atau dengan berinteraksi dengan tempat reseptor. Obat – obatan, misalnya gas anestesi umum, berinteraksi dengan membrane membran sel. Setelah sifat sel berubah, obat mengeluarkan pengaruhnya. Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel. Reseptor melokalisasi efek obat. Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang sama. Obat dan reseptor saling berikatan seperti gembok dan kuncinya.Ketika obat dan reseptor saling berikatan, efek terapeutik dirasakan. Setiap jaringan atau sel dalam tubuh memiliki kelompok reseptor yang unik. Misalnya, reseptor pada sel jantung berespon terhadap preparat digitalis.

Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah  ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar darii tubuh. Dokter dan perawat menggunakan pengetahuan farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih rute pembarian obat, menilai risiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.

Absorpsi
Absorpsi adalah cara moolekul obat masuk ke dalam darah. Kebanyakan ibat, kecuali obat yang digunakan secar topical untuk  memperoleh efek local harus masuk kedalam sirkulasi sistematik untuk menghasilakn efek yang terapeutik. Fakto – factor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi.
Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat ditembus zat kimia, sehingg absorpsi menjadi lambat. Membran mukosa dan saluran nafas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan kapiler-alveolar. Karena obat yang diberika per oral harus melewati system pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi secara keseluruhan melambat. Injeksi intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena dengan rute ini obat dengan cepat masuk ke dalam sirkulasi sistematik.
 Kondisi di tempat absorpsi mempengaruhi kemudahan obat masuk ke dalam sirkulasi sistematik. Apabila kulit tergores, obat topical lebih mudah diabsorpsi. Obat topical yang biasanya diprogramkan untuk memperoleh efek local dapat menimbulkan reaksi yang serius ketika diabsorpsi melalui lapisan kulit. Adanya edema pada membrane mukosa memperlambat absorpsi obat karena obat membutuhkan waktu lama untuk berdifusi ke dalam pembuluh darah. Absorpsi obat parental yang diberikan bergantung pada suplai darah dalam jaringan. Sebelum memberikan sebuah obat melalui injeksi, perawat harus mengkaji adanya factor local, misalnya edema, memar atau jaringan parut bekas luka, yang dapat menurunkan  yang paling cepat absorpsi obat. Karena otot mempunyai suplai darah yang lebih banyak daripada jaringan subkutan (SC), obat yang diberikan per intramuscular (melalui otot) diabsorpsi lebih cepat daripada obat yang disuntikan per subkutan. Pada beberapa kasus , absorpsi subkutan yang lambah lebih dipilih karena menghasilkan efek yang dapat bertahan lama. Apabila perfusi jaringan klien buruk, misalnya pada kasus syok sirkulasi, rute pemberian obat yang terbaik ialah melalui intravena. Pemberian obat intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat dan dapat diandalkan,
Rute pemberian obat diprogramkan dan perawatan kesehatan. Perawat dapat meminta obat diberikan dalam cara atau bentuk yang berbeda, berdasarkan pengkajian fisik klien. Contoh bila klien tidak dapat menelan tablet maka perawat akan meminta obat dalam bentuk eliksir atau sirup. Pengetahuan tentang factor yang dapat mengubah atau menurunkan absorpsi obat membantu perawat melakukan pemberian obat dengan benar. Makanan didalam saluran cerna dapat mempengaruhi Ph, motilitas, dan pengankutan obat ke dalam saluran cerna. Kecepatan dan luas absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh makanan. Perawat harus mengetahui implikasi keperawatan untuk setiap obat yang diberikan. Contohnya, obat seperti aspirin, zat besi, dan fenitoin natrium ( Dilantin) mengiritasi saluran cerna dan harus diberikan bersama makanan atau segera setelah makan. Oleh karena itu, obat – obatan tersebut harus diberikan satu sampai dua jam sebelum makan atau dua sampai tiga jam setelah makan. Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa buku obat keperawatan, informasi obat, atau berkonsultasi dengan apoteker rumah sakit mengenai interaksi obat dan nutrien.

Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat didistribusikan di dalam tubuh ke jaringan dan organ tubuh dan akhirnya ke tempat kerja obat tersebut. Laju dan luas distribusi bergantung pada sifat fisik dan kimia obat dan struktur fisiologis individu yang menggunakannya.
v  Berat dan Komposisi Badan
Ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah jaringan  tubuh tempat obat didistribusikann. Kebanyakan obat diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa. Perubahan komposisi tubuhbdapat memengaruhi distribusi obat secara bermakna. Contuh tentang berat dan komposisi tubuh dewasa. Perubahan komposisi tubuhbdapat memengaruhi distribusi obat secara bermakna. Contoh tentang hal ini dapat ditemukan pada klien lansia. Karena penuan, jumlah cairan tubuh berkurang, sehingga obat yang dapat  larut dalam air tidak didistribusikan dengan baik dan konsentrasinya meningkat di dalam darah klien lansia. Peningkatan presentase lemak tubuh secara umum ditemukan pada klien lansia, membuat kerja obat menjadi lebih lama karena distribusi obat di dalam tubuh lebih lambat. Semakin kecil berat badan klien, semakin besar konsentrasi obat di dalam jaringan tubuhnya, dan efek obat yang dihasilkan makin kuat. Lansia mengalami penurunan massa jaringan tubuh dan tinggi badan dan sering kali memerlukan dosis obat yang lebih rendah daripada klien yang lebih muda.

v  Dinamika Sirkulasi
Obat lebih mudah keluar interstial ke dalam ruang intravascular daripadadi antara kompartemen tubuh. Pembuluh darah dapat ditembus oleh kebanyakan zat yang dapat larut, kecuali oleh partikel obat yang besar atau berikatan dengan protein serum. Konsentrasi sebuah obat pada sebuah tempat tertentu bergantung pada jumlah pembuluh darah dalam jaringan, tingkat vasolidasi atau vasokontruksi local, dan kecepatan aliran darah ke sebuah jaringan. Latihan fisik, udara yang hangat, dan badan yang menggigil mengubah sirkulasi local. Contoh, jika klien melakukan kompres hangat pada tempat suntikn intramuscular, akan terjadi vasoliditas yang meningkatkan distribusi obat.


v Ikatan protein
Derajat kekuatan ikatan obat dengan protein serum, misalnya albumin, memengaruhi distribusi obat. Kebanyakan obat terikat pada protein dalam tingkatan tertentu. Ketika molekul obat terikat pada albumin, obat tidak dapat menghasilkan aktivitas farmakologis. Obat yang tidak berikatan atau “bebas” adalah bentuk aktif obat. Lansia mengalami penurunan kadar albumin dalam aliran darah, kemungkinan disebabkan oleh penurunan fungsi hati. Hal yang sama terjadi pada klien yang menderita penyakit hati atau malnutrisi. Akibatnya, lansia dapat beresiko mengalami peningkatan aktivitas obat, toksisitas obat, atau keduanya.

Metabolisme
             Setelah  mencapai tempat kerjanya, obat dimetabolisasi menjadi bentuk tidak aktif, sehingga lebih mudah diekskresi. Sebagian besar Biotransformasi berlangsung dibawah pengaruh enzim yang mendetoksifikasi, mengurai (memecah), dan melepas zat kimia aktif secara biologis. Kebanyakan biotransformasi berlangsung didalan hati, walaupun paru – paru, ginjal, darah, dan usus juga memetabolisasi obat.
Hati sangat penting karena strukturnya yang khusus mengoksidasi dan mengubah banyak zat toksi. Hati mengurai banyak zat kimia berbahaya sebelum didistribusi ke jaringan. Penurunan fungsi hati yang terjadi seiring penuaan atau disertai penyakit hati memengaruhi kecepatan eliminasi obat dari tubuh. Perlambatan metabolisme yang dihasilkan membuat obat terakumulasi didalam tubuh. Akibatnya klien lebih berisiko mengalami toksisitas obat. Apabila organ yang berpartisipasi dalam metabolisme obat mengalami perubahan, klien berisiko mengalami toksisitas obat.






Ekskresi
Setelah dimetabolisme, obat keluar dari tubuh melalui ginjal, hati, usus, paru, dan kelenjar eksokrin. Struktur kimia sebuah obat menentukan organ yang mengekskresinya. Senyawa gas dan  senyawa volatile (zat yang mudah menguap), misalnya eter, dinitrogen monoksida, dan alcohol keluar melalui paru.
Kelenjar eksokrin mengekskresi obat larut lemak. Ketika obat keluar melalui kelenjar keringat, kulit dapat mengalami iritasi.
Saluran cerna adalah jalur lain ekskresi obat. Banyak obat masuk ke dalam sirkulasi hati untuk dipecah oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu. Setelah zat kimia masuk ke dalam usus melalui saluran empedu, zat tersebut diabsorbsi kembali oleh usus. Faktor-faktor yang meningkatkan peristaltik, misalnya laksatif dan enem, mempercepat ekskresi obat melalui feses. Sedangkan factor-faktor yang memperlambat peristaltic, misalnya tidak melakukan aktivitas atau diet yang tidak tepat, memperpanjang efek obat.
Ginjal adalah organ utama ekskresi obat. Obat lain menjalani biotransformasi di hati sebelum diekskresi oleh ginjal.

Efek Terapeutik
Efek terapeutik merupakan respons fisiologis obat yang diharapkan atau yang diperkirakan timbul. Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang terapeutik.

Efek samping
Efek samping ini mungkin tidak berbahaya atau bahkan menimbulkan cedera. Apabila efek samping cukup serius hingga menghilangkan efek terapeutik obat, dokter dapat menghentikan pemberian obat.

Efek Toksik
Umumnya, efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama, setelah lama menggunakan obat yang ditujukan untuk aplikasi eksternal, atau setelah suatu obat berakumulasi di dalam darah akibat kerusakan metabolisme atau ekskresi. Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada beberapa klien. Jumlah obat yang berlebihan di dalam tubuh dapat menimbulkan efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat.

Reaksi Idiosinkratik
Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi kelebihan, tidak bereaksi, atau bereaksi tidak normal terhadap obat.
Reaksi Alergi
Reaksi alergi adalah respons lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% sampai 10% merupakan reaksi alergi. Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan mengalami respons alergi terhadap obat, zat pengawet obat, atau metabolitnya. Dalam hal ini obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibody.
Reaksi yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan sesak napas.

Toleransi terhadap Obat
Beberapa klien yang menerima obat dalam jangka waktu lama memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk memperoleh efek yang sama. Klien yang menggunakan berbagai obat nyeri dapat mengalami toleransi setelah jangka waktu tertentu. Seringkali, setelah jangka waktu tertentu klien perlu meningkatkan dosis obat nyeri untuk meredakan nyeri.

Interaksi Obat
Interaksi obat umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat. Sebuah obat dapat menguatkan atau menghilangkan kerja obat lain dan dapat mengubah absorpsi, metabolisme, atau pembuangan obat tersebut dari tubuh. 
Dengan efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua obat tersebut lebih besar dari pada efek obat bila diberikan terpisah. Alcohol adalah depresan susunan saraf pusat yang memiliki efek sinergis pada antihistamin, antidepresan, berbiturat, dan analgesik narkotik.
Interaksi obat selalu diharapkan seringkali seorang dokter memprogramkan terapi obat kombinasi untuk menciptakan interaksi obat guna mendapatkan keuntungan terapeutik.

Respon Dosis Obat 
Tujuan suatu obat diprogramkan adalah untuk mencapai kadar darah yang konstan dalam rentang terapeutik yang aman.Dosis berulang diperlukan untuk mencapai konsentrasi terapeutik konstan suatu obat karena sebagian obat selalu dibuang (diekskresi). Konsentrasi serum tertinggi obat (konsentrasi puncak). Biasanya dicapai sesaat sebelum obat terakhir diabsorbsi.Setelah mencapai puncak, konsentrasi serum bertahap.Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak dicapai dengan cepat, tetapi kadar serum juga mulai turun dengan cepat.
Semua obat memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang diperllukan proses ekskresi untuk menurunkan konsentrasi seru sampai setengahnya.Dengan mengetahui interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantisipasi efek suatu obat :
1.Awitan kerja obat.
2.Kerja puncak obat.
3.Durasi kerja obat.
4.Plateau
v Faktor yang mempengaruhi kerja obat
·   Perbedaan genetic
Susunan genetil mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolic dalam keluarga sering kali sama. Faktor genetic menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat. Akibatnya, anggota keluarga sensitive terhadap suatu obat.
·   Variabel fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu.Hormon dan obat salinh bersaing dalam biotransfornasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolic yang sama. Variasi diurnal pada sekresi estrogen bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialaami wanita. Usia berdampak langsung pada kerja obat.Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan struktur yang mengbah pengaruh obat. Perawat harus berupaya untuk meminimalkan efek obat yang berbahaya dan meningkatkan kapasitas fungsi yang tersisa pada klien.
·   Kondisi lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respon hormonal yang pada akhirnya mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang  sama dengan mengubah kecepatan enzim. Pada cuaca panas dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator perlu ditambah
·   Faktor psikologis
Sejumlah factor psilkologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon tehadap obat.Sikap sesorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atu pengaruh keluarga. Makna obat atau signifikansi mengonsumsi obat mempengaruhi respon klien terhadap terapi. Sebuah obat dapat digunakan sebagi cara untuk mengatasi rasa tidak aman. Pada situasi ini, klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat.
·   Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient. Contoh, vitamin K (terkandung dalam sayuran hijau berdaun) merupakan nutrient yang melawan efek warfarin nutrium (Coumadin), mengurangi efeknya maka mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengkonsumsi obat yang menuurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.



v  Rute Pemberian obat
§ Rute Oral
Pemberian Per Oral
Rute oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat diberikan melalui mulut dan di telan. Obat yang diberikan per oral lebih murah daripada banyak preparat lain. Awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama. Klien umumnya lebih memilih rute oral.
Pemberian Sublingual
Obat sublingual di rancang supaya, setelah diletakkan dibawah lidah tidak bleh ditelan.Bila ditelan efek yang diharapkan tudak akan tercapai.Nitrogliserin umumnya diberikan secara sublingual. Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
Pemberian bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian dipipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi. Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat.
§ Rute Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan menginjeksinya kedalam tubuh jaringan tubuh. Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut :
1.      Subkutan (SC). Injeksi kedalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit.
2.      Intradermal (ID). Injeksi kedalam dermis tepat dibawah epidermis.
3.      Intramuscular (IM). Injeksi kedalam otot tubuh.
4.      Intravena (IV). Suntikan kedalam vena.
Beberapa obat diberikan kedalam rongga tubuh selain empat tipe yang tertera diatas. Di beberapa institusi perawat mungkin bertanggung jawab memberikan obat dengan teknik yang maju ini. Baik memberikan obat melalui rute ini atau tidak, perawat tetap bertanggung jawab memantau keituhan system pemberian obat. Berikut adalah pemberian obat yang canggih  dimana perawat memiliki tanggung jawab :
Ø  Epidural
Obat diberikan di dalam ruang epidural via kateter yang telah di pasang  oleh perawat anestesi atau ahli anestesi. Perawat yang telah mendapat pelatihan khusus dapat membeikan obat dalam bentuk bolus atau melalui infuse kontinu.
Ø  Intratekal
Obat inratekal diberikan melalui kateter yang telah dipasang ke dalam ruang subaraknoid atau ke dalam salah satu ventrikel otak. Pemberian intratekal sering kali berhubungan dengan pemberian obat jangka panjang melalui kateter yang di pasang melalui pembedahan. Dibanyak institusi dokter biasanya memasukkan obat ke dalam kateter intravekal.
Ø   Intraoseosa
Metode pemberian obat ini dilakukan dengan memasukkan obat langsung kedalam sumsum tulang. Metode ini paling sering di gunakan pada bayi dan toddler yang akses pembuluh darahnya buruk. Metode ini paling sering digunakan pada kondisi kedaruratan dan akses IV tidak mungkin dilakukan. Dokter menginsersi jarumn intraoseosa ke dalam tulang, biasanya ke tibia, sehingga perawat dapat memberikan obat.
Ø  Intraperitonial
Obat diberikan ke dalam rongga peritoneum. Di sini obat diabsorpsi ke dalam sirkulasi. Kemoterapi dan antibiotic biasanya diberikan dengan cara ini. Salah satu metode dianalisis juga menggunakan rute peritoneum untuk memindahkan cairan, elektrolit, dan produk limbah.
Ø  Intrapleura
Obat diberikan melalui dinding dada dan langsung ke dalam ruang pleura. Obat dimasukkan melalui sebuah injeksi atau selang dada yang diinsersi oleh dokter. Kemoterapi adalah obat yang paling sering diberikan melalui metode ini. Dewasa ini semakin banyak indikasi yang lebih baru untuk penggunaan metode ini. Salah satu indikasi tersebut ialah memasukkan agens analgesic melalui kateter intrapleura yang dirancang khusus (Martin dan Mehery,1994)
Ø  Intraarteri
Pada metode ini obat dimasukkan langsung ke dalam arteri. Infusi intraarteri umum dilakukan pada klien yang di dalam arterinya terdapat bekuan. Perawat akan mengatur pemasukan agens penghancur bekuan melalui infuse kontinu. Perawat harus dengan cermat memantau integritas infuse ini mencegah system tersebut putus akibat hati-hati dan perdarahan setelah itu.
§ Pemberian Topikal
Obat yang diberikan melalui kulit dan membrane mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek local. Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau menyediakan air mandi yang di campur obat. Efek sistemik timbul, jika kulit klien tipis, konsentrasi obat tinggi, atau juga obat bersentuhan dengan kulit dalam jangka waktu lama.
Obat diberikan secara topical dengan menggunakan cakram atau lempeng transdermal ( contoh, nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen). Cakram melindungi salep obat pada kulit. Metode pengantaran obat ini menjamin klien menerima kadar obat secara kontinu dalam darahnya, bukan kadar yang terputus-putus, seperti yang terjadi pada pemberian obat dalam bentuk oral atau injeksi. Obat topical ini dapat di berikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai 7 hari.
Perawat menggunakan metode di bawah ini dalam pemberian obat pada membrane mukosa:
1.      Pemberian cairan secara langsung ( contoh, meminta klien berkumur, mengusap tenggorok)
2.      Insersi obat ke dalam rongga tubuh ( contoh, menempatkan supositorial pada rectum atau vagina atau menginsersi paket obat ke dalam vagina)
3.      Instiilasi ( pemasukan lambt) cairan ke dalam rongga tubuh ( contoh, memasukkan tetes telinga, tetes hidung, dan memasukkan cairan ke dalam kandung kemih dan rectum)
4.      Irigasi ( mencuci bersih) rongga tubuh ( contoh, membilas mata, telinga, vagina, kandung kemih, atau rektu dengan obat cair)
5.      Penyemprotan ( contoh, memasukkan obat kedalam hidung dan tenggorokan.


§ Inhalasi
Saluran nafas bagian dalam memungkinkan area permukaan yang luas untuk absorpsi obat. Obat dapat diberikan melalui pasase nasal, pasase oral, atau selang yang di pasang ke dalam trakea.
Ø  Inhalasi Nasal
Obat diinhalasi melalui hidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat. Alat tipe semprotan, misalnya fenilefrin (Neo-Synephrine), yang menghasilkan efek local.
Ø  Inhalasi Oral
Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau organism di parenkim paru. Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang di tangan klien. Obat yang diberikan menggunakan inhailer yang dipegang di tangan disebar melalui semprot aerosol, uap, atau bubuk yang masuk ke saluran udara di paru. Ibat untuk mengatasi infeksi paru, misalnya pneumocystis carinii, dapat diberikan dalam bentuk obat yang mebulisasi
v Sistem Perhitungan Obat
Ketepatan pemberian obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur oba dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dam menempatkan anka decimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat bertanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta mengajari klien tentang dosis yang di programkan.


Ukuran rumah tangga
Ukuran rumah tangga meliputi tetesan,sendok the, sendok makan,dan cangkir.untuk volume dan ounce serta pound untuk berat.kerugian ukuran rumah tangga adalah ketidak akuratannya.karena perkakas rumah tangga ukurannya bervariasi.keuntungan ukuran rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah dikenali.
Larutan
Suatu larutan adalah suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui.apabila sebuah zat padat dilarutkan dalam cairan,satuan konsentrasinya adalah satuan bert per satuan volum(mis.g/ml,mg/L,mg/ml).

v  Mengonversi satuan ukuran
Pemberian obat bukan satu-satunya konversi yang dilakukan perawat.konversi juga banyak digunakan dalam aktivitas keperawatan.

Konversi dalam satuan system
Pada system metric perawat secara sederhana membagi dan mengali.untuk mengubah milligram menjadi gramperawat membagi dengan 1000.(ex,1000mg =1g).untuk mengubah liter menjadi milliliter perawat mengalikannya dengan 1000.(1liter =1000ml)
Untuk mengonversi satuan ukuran dalam system apothecary atau rumah tangga,perawat harus melihat tabel konversi.

Konversi antar system
Seringkali perawat harus menentukan dosis akurat sebuah obat dengan mengubah berat atau volume dari satu system perhitungan kedalam system perhitungan lain. Sebelum membuat konversi ,perawat membandingkan system perhitungan yang tersedia dengan system yang diintruksikan.


Kalkulasi dosis
Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis . rumus berikut dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam bentuk padat atau cair.
Dosis yang diprogamkan x jumlah ang tersedia = jumlah yang akan diberikan

Dosis yang tersedia
Dosis yang dprogramkan adalah jumah obat yang murni yang diresepkan dokter untuk seorang klien.dosis yang teredia ialah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang disuplai oleh farmasi .jumlah yang tersedia ialah satuan dasar atau jumlah obat yang megandung dosis yang tersedia .
Banyak tablet yang tersedia berbentuk biji atau lekukan yang membagi tengah obat. Perawat tidak boleh pernah berusaha memperkirakan jumlah obat dalam tablet yang hancur dan tidak lagi berbentuk biji karena hal ini beresiko perawat memberikan obat dalam dosis yang sangat rendah atau terlalu tinggi.perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama professional lain,jika jawaban tampak tdak masuk akal.

Dosis pediatric
Pada kebanyakan kasus dokter menghitung dosis yang aman untuk anak sebelum memprogramkan obat. Namun perawat harus megetahui rumus yang digunakan untuk menghitung dosis pediatric dan memerika kembali semua dosis sebelum diberkan . metode perhitungan obat pediatric yang paing akurat berdasarkan pada area permukaan tubuh.
Dosis anak = area permukaan tubuh anak x dosis dewasa normal 1,7 m2


v  Pemberian obat

Peran dokter
Dokter menulis instruksinya pada format yang telah dibuat dalam catatan medis klien,dalam buku instruksi dokter atau dalam kertas resep resmi. Perawat mencatatat dan menandatangani semua instruksi,baik yang diberikan per telepon maupun secara verbal dengan menulis waktu,tanggal dan nama dokter yang memberi instruksi obat dan kemudian dokter menendatangani instruksi tersebut. Ada berbagai kebijakan institusi tentang personel mana yang dapat menerima instruksi verbal atau per telepon. Umumnya,mahasiswa keperawatan tidak boleh menerima anstruksi obat. Tidak ada obat yang diberikan tanpa sebuah instruksi.

Tipe instruksi
Empat tipe umum instruksi obat didasarkan pada frekuensi pemberian obat.
      Standing orders
Sebuah instruksi tetap(standing order) dilaksanakan sampai dokter menggantinya dengan instruksi baru atau sampai jumlah hari penggunaan obat yang diresepkan berlalu.standing order  mempunyai batas waktu. Banyak institusi memiliki kebijakan untuk secara otomatis menghentikan standing order .contoh standing order adalah:’’tetracyline 500mg PO q6h’’decadron 10 mg qd x 5 hari.’’
      Instuksi PRN
Dokter dapat menginstuksikan sebuah obat berdasarkan PRN(ketika klien membutuhkannya). Seringkali dokter memerlukan interval minimal untuk waktu pemberian obat. Artimya,sebuahobat tidak boleh diberikan terlalu sering dari yang telah diprogramkan. Ketika obat diberikan,perawat menctat pengkajian yang telah dilakukan dan mencatat waktu obat dioberikan. Perawat harus mengavaluasi secara berkala keefektifan obat dan mencatat temuan di tempat yang seharusnya. Evaluasi ini di catat pada catatan pemberian obat atau pada catatan medis klien.
      Instuksi tunggal
Dokter dapat menginstruksikan sebuah obat untuk diberikan hanya sekali pada waktu tertentu. Hal ini biasanya berlaku pada obat pra operasi atau obat yang diberikan sebelum pemeriksaan diagnostik.
      Instruksi STAT
Sebuah instruksi STAT menandakan bahwa suatu dosis tunggal obat di berikan segera dan hanya sekali.seringkali  instruksi ini diberikan ketika kondisi klien tiba-tiba berubah.
Beberapa kondisi mengubah status instruksi obat klien. Tindakan operasi secara otomatis membatalkan semua obat operasi. Karena kondisi klien biasanya berubah pasca operasi,dokter harus menulis instruksi baru.
      Peresepan
Dokter menulis resep untuk klien yang akan mrngonsumsi obat di luar rumah sakit. Karena klien harus memahami cara mengonsumsi obat dan kapan harus mengisi kembali resep,jika diperlukan.dibawah ini adalah bagian dari resep:
1.      superscription. Nama,alamat dan usia klien serta tanggal dicantumkan untuk mengidentifikasi klien.simbol R (Take Thou) di tulis di bagian atas format.
2.      inscription. Terdiri dari nama,kekuatan,dan dosis obat.
3.      subcription. Petunjuk tentang jumlah tablet atau jumlah yang akan dikeluarkan diberikan kepada ahli farmasi.
4.      tanda tangan. Informasi yang akan ditulis pada label obat ,misalnya petunjuk untuk klien.
5.      data pribadi. Dokter menendatangani resepapabila obat merupakan zat terkontrol,dokter menuliskan nomor registrasi dan almatnya.

Peran ahli farmasi
Ahli farmasi menyiapkan dan mendistribusikan obat yang diresepkan. Ahli farmasi juga meningkatkan terapi obat yang optimal dengan mengkaji rencana obat dan mengevaluasi kebutuhan klien yang berkaitan dengan pengobatan(American Pharmaceutical Association,1994). Ahli farmasi bertanggung jawab memenuhi permintaan resep dengan akurat dan harus yakin bahwa resep tersebut valid.

PROSES KEPERAWATAN DAN OBAT
Riwayat medis
Riwayat medis memberikan indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat. Penyakit atau ganguan membuat klien berisiko terkena efefk samping yang merugikan. Contyohnya jika seorang kilen mengalami ulkus lambung atau cenderung mengalami perdarahan maka senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan meningkatkan kemumungkinan perdarahan. Masalah kesehatan jangka panjang, misalnya diabetus atau artritis, yang membutuhkan pengobatan, memberi perawat informasi tentang tipe obat yang sedang kien gunakan. Riwayat pebedahan klien dapat mengindikasi obat yang digunakan. Dari riwayat ini perawat dapat meminta supaya klien diresepkan obat yang rutin digunakannya, jika obat – obat tersebut belum diresepkan saat klien datang.
Riwayat alergi
Apabila klien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, perawat harus menginformasikan anggota tim kesehatan lain. Alergi terhadap makanan harus didokumentasikan dengan cermat karena obat banyak mengandung unsur yang terkandung dalam sumber makanan. Apabila klien alergi terhadap kerang maka klien akan sensitive terhadap suatu produk yang mengandung yodium. Di sebuah rumah sakit, klien mengenakan pita indetifikasi yang memuat daftar alergi obat. Semua alergi harus dicatat penerimaan medis, dan riwayat dokter.
  
Data obat
Perawat mengkaji data informasi tentang setiap obat termasuk kerja, tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi keperawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.beberapa sumber sering kali harus dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obatyang diberikan. Banyak mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu dan buku yang memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai rujukan cepat.
Riwayat diet
Riwayat diet memberikan keterangan tentang pola makan dan pilihan makanan klien. Perawat kemudian dapat merncanakan penjadwalan dosis obat yang lebih efektif dan menganjurkan klien menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat.
Kondisi klien terkini
Status fisik dan mental klien yang berkesinmbungan dapat menentukan apakah obat sebaiknya diberikan dan cara pemberian obat. Contoh, perawat memeriksa tekanan darah sebelum memberi sebuah obat antihipertensi. Apabila klien mual kemungkinan ia tidak dapat menelan tablet.

Persepsi klien atau masalah koordinasi
Klien yang berfungsi dan koordinasinya terbatas kemungkinansulit menggunakan obat secara mandiri. Perawat harus mengkaji kemampuan klien dalam mempersiapkan dosis dan menggunakan obat dengan benar. Apabila klien tidak mampu menggunakan obat dengan mandiri, perawat dapat mempelajari apakah ada anggota keluarga atau temen yang dapat membantu.
Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhadap obat menunjukan tingkat ketergantungan pada obat. Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengabservasi perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
Pengetahuan klien dan pemahaman tentang terapi obat
Apabila klien tidak memahami tujuan obat, penjadwalan dosis yang teratur, metode pemberian yang tepat, efek samping yang mungkin timbul memungkinkan klien tidak mematuhi progam penobata. Apabila riwayat tingkat kepatuhan klien rendah perawat sebaiknya juga memeriksa sumber yang dapat klien manfaatkan untuk membeli obat.
Kebutuhan pembelajaran klien
Dengan mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang sebuah obat, perawat menetapkan intruksi yang klien perlakukan. Perawat mungkin perlu menjelaskan kerja fan tujuan obat, efek samping yang timbul, teknik pemberian obat yang benar, dan cara mengingat jadwal obat.


v  Perencanaan

Perawat mengatur aktifitas perawat untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman. Tergesa – gesa dalam pemberian obat dapat memicu terjadi kesalahan. Perawat dapat merencanakan untuk meggunakan waktu selama memberikan obat.Dengan demikian perawat mengajarkan klien tentang obat yang digunakannya perawat harus mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasikan faktor – faktor, psikologis, ekonomi, atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan konsiten menggunaka obat secara mandiri.misalnya, kien menderita artritis yang membuatnya sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan lain, bekerja sama mecari jalan keluar untuk masalah ini sebelum klien dipulangkan. Apabila waktu yang tersedia untuk menjelaskan intruksi terbatas brosur atau pamflet dapat digunakan untuk menggunaan informai, sehingga klien dapat meninjaunya kembali.baik seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiei maupun perawat bertanggung jawab memberikan obat
Sasaran tersbut harus dicapai :
Ø  Tidak ada komplikasi yang timbukl akibt rute obat yang digunakan
Ø  Efek tarapeutik obat yang diprogamkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
Ø  Klien dan keluarga memahami terapi obat.
Ø  Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

Sistem Distribusi
         Sistem penyimpanan dan distribusi obat dan variasi diantara lembaga perawat kesehatan. Institusi yang menyediakan pelayanan keperawatan menetapkan willayah tertentuuntuk penyimpanandan menyalurkan obat. Ruang obat khusus, karena portabel terkunci, dan uni penyimpanan indiviu yang dekat dengan kamar klien merupakan beberapa fasilitas yang digunakan. Perawat harus tetap nengawasi persediaan obat dengan ketat dan memastikan area penyimpanan terkunci saat tidak diawasi.



Suplai Persediaan
         Denagn sistem persediaan, obat tersedia dalam jumlah banyak dalam kotak persediaan. Seseorang perawat mempersiapkan dosis individual dari sebuah wadah supi persediaan besar. Tipe sistem ini memakan waktu dan biaya. Tipe sistem pemberian obat ini dikaitkan dengan tingkat kesalahan pengobatan yang tinggi dan saat ini umumnya tidak lagi digunakan. Narkotika serig kali disediakan dalam suplai persediaan.
Sistem unit – dosis
         Unit dosis adalah dosis pbat yang dprogamkan, yang klien terima pada waktu yang diprogamkan. Dosis ini mencangkup obat PRN dalam jmlah tebatas perawat dan ahli farmasi memliki kemugkinan lebih besar untuk mengidentofikasi dosis yang lebih dahulu habis.


v Prinsip Pemberian Obat
Pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawatan harus memberikan perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika memberikan obat. Perawat menggunakan “ Lima Benar “ pemberian obat untuk menjamin pemberian ibat yang aman.
“ Lima Benar “ atau prinsip pemberian obat sebagai berikut:
1.      Benar Obat
Apabila obat pertama kali diprogramkan perawat membandingkan tiket obat/format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format/tiket obat.
Perawat melakukan ini 3 kali yaitu:
·         Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
·         Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
·         Sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.
Dengan dosis tunggal, obat yang sebelumnya sudah dikemas, perawat memeriksa
label pada format obat 3 kali walaupun obat tersebut belum diambil dari wadah yang besar.
2.      Benar Dosis
Sistem unit-dosis didistribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan abad yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu system perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat. Pada situasi ini, perawat harus memeeriksa perhitungan dosis yang dilakukan perawat lain.
3.      Benar Klien.
Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah menyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Perawat yang bekerja di rumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberika obat pada banyak klien.
Klien sering mempunyai nama akhir yang serupa, dan ini menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah, khususnya bila perawat bebas tugas sebelumnya sebelum beberapa hari. Untuk mengidetifikasi klien dengan tepat perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan nama.
4.      Benar Rute
Apabila sebuah instruksi obat tidak emnerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikan kepada dokter. Demikian jadi bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. Juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan implikasi. Misalnya obsess steril atau efek sistemik yang fatal.
5.      Benar waktu
Perawat harus mengetahui alas an sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh: diprogramkan dua obat, satu dengan ( setiap 8 jam ) dan yang lain tidak ( 3 kali sehari ). Kedua obat diberikan 3 kali dalam 24 jam. Tujuan doter meberikan obat denagn dalam hitungan jam ialah mempertahan kan kadar terapuritik obat. Perbedaannya obat tidak diberikan selama klien terjangkit. Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus diberikan dengan interval.

v  Kesalahan Pengobatan
Kesalah pngobatan adalah suatu kejadian yang dapt membuat klien menerima obat yang  salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat. Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus di rancang supaya ada sebuah sitem pemeriksaan dan keseimbangan. Hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.
 Perawat juga bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau  menjadi dasar untuk member hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite intedisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah system di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan





v Prinsip Pemberian Obat
Pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawatan harus memberikan perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika memberikan obat. Perawat menggunakan “ Lima Benar “ pemberian obat untuk menjamin pemberian ibat yang aman.
“ Lima Benar “ atau prinsip pemberian obat sebagai berikut:
6.      Benar Obat
Apabila obat pertama kali diprogramkan perawat membandingkan tiket obat/format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format/tiket obat.
Perawat melakukan ini 3 kali yaitu:
·         Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
·         Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
·         Sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.
Dengan dosis tunggal, obat yang sebelumnya sudah dikemas, perawat memeriksa
label pada format obat 3 kali walaupun obat tersebut belum diambil dari wadah yang besar.
7.      Benar Dosis
Sistem unit-dosis didistribusi obat meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan abad yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu system perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat. Pada situasi ini, perawat harus memeeriksa perhitungan dosis yang dilakukan perawat lain.
8.      Benar Klien.
Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah menyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar. Perawat yang bekerja di rumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberika obat pada banyak klien.
Klien sering mempunyai nama akhir yang serupa, dan ini menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah, khususnya bila perawat bebas tugas sebelumnya sebelum beberapa hari. Untuk mengidetifikasi klien dengan tepat perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan nama.
9.      Benar Rute
Apabila sebuah instruksi obat tidak emnerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikan kepada dokter. Demikian jadi bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. Juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan implikasi. Misalnya obsess steril atau efek sistemik yang fatal.
10.  Benar waktu
Perawat harus mengetahui alas an sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh: diprogramkan dua obat, satu dengan ( setiap 8 jam ) dan yang lain tidak ( 3 kali sehari ). Kedua obat diberikan 3 kali dalam 24 jam. Tujuan doter meberikan obat denagn dalam hitungan jam ialah mempertahan kan kadar terapuritik obat. Perbedaannya obat tidak diberikan selama klien terjangkit. Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus diberikan dengan interval.




v  Kesalahan Pengobatan
Kesalah pngobatan adalah suatu kejadian yang dapt membuat klien menerima obat yang  salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat. Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus di rancang supaya ada sebuah sitem pemeriksaan dan keseimbangan. Hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.
 Perawat juga bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau  menjadi dasar untuk member hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite intedisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah system di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.

PERTIIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPPOK USIA TERTENTU
Bayi dan Anak
Usia, berat badan, area permukaan tubuh, dan kemampuan mengabsorpsi, memetabolisasi, dan mengekskresi obat pada anak berbeda-beda. Dosis anak lebih rendah dari pada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus perlu diberikan dalam menyiapkan obat untuk anak. Obat biasanya tidak disiapkan dan dikemas dalam rentang dosis yang distandarisasi untuk anak. Menyiapkan suatu dosis yang diprogramkan dari jumlah yang tersedia membutuhkan perhitungan yang teliti.
Orang tua adalah sumber yang berharga dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat pad anak. Kadang kala trauma pada anak berkurang, jika orang tua yang memberikan obat dan perawat mengawasinya.




Lansia
Pemberian obat pada lansia juga membutuhkan pertimbangan khusus. Di samping perubahan fisiologis penuaan, factor tingkah laku dan ekonomi juga mempengaruhi penggunaan obat pada lansia.
Perawat yang memberi obat kepada lansia harus mencermati lima pola penggunaan obat oleh klien lansia sebagaimana yang diidentifikasi Ebersole dan Hess (1994).
1.      Polifarmasi. Artinya klien menggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangguan secara bersamaan. Apabila ini terjadi, ada risiko interaksi obat dengan obat lain dan makanan.
2.      Meresepkan obat sendiri (self-prescibing of medication). Berbagai gejala dapat dialami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi, insomnia, dan ketidakmampuan mencerna. Semua gejala ini ditemukan pada penggunaan obat yang dijual bebas.
3.      Obat yang dijual bebas. Obat yang dijual bebas digunakan oleh 75% lansia untuk meredakan gejala.
4.      Penggunaan obat yang salah (missue). Bentuk-bentuk penggunaan obat yang salah oleh lansia antara lain : penggunaan berlebih (overuse), penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang tidak teratur (erratic use), dan penggunaan yang dikontraindikasikan.
5.      Ketidakmampuan (non compliance). Ketidakpatuhan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang salah secara disengaja. 


PEMBERIAN OBAT ORAL
Cara pemberian obat yang paling diinginkan ialah per oral. Obat oral adalah obat yang paling aman dan paling mudah diberikan, kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna atau tidak mampu menelan.
Kebanyakan tablet dan kapsul harus diberikan bersama cairan dalam jumlah yang adekuat. Hal ini memberi perawat kesempatan untuk meningkatkan asupan cairan klien. Untuk klien yang terpasang selang nasogastrik, obat-obatan cair lebih dipilih. Namun, pada pemberian beberapa tablet dapat dihancurkan dan kapsul dibuka untuk dicampur dalam larutan.
Saat membarikan obat per oral, perawat harus melindungi klien dri kemungkinan aspirasi. Memberi posisi duduk pada klien atau berbaring miring akan mencegah akumulasi obat cair atau padat di belakang tenggorokan.
Klien yang menelan dengan lambat sebaiknya tidak dipaksa untuk minum banyak cairan setiap kali menelan. Apabila klien sulit menelan tablet, bentuk obat lain dapat dipertimbangkan, misalnya, supositoria. Setelah obat diberikan, jika klien dianjurkan mencatat asupannya, catat jumlah cairan yang digunakan untuk memberikan obat.