PEMBERIAN
OBAT
Pemberian
obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpentingperawat. Obat
adalah alat utma terapi yang di gunakan dokteruntuk mengobati klien yang
memiliki masalah kesehatan. Walaupun
obat menguntungkan klien dalam banyak hal. Beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya
bila tidak tepat diberikan.
a. Nomenklatur
obat dan bentuk obat
Suatu
obat, atau medikasi, adalah zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan,
penurunan atau pencegahan penyakit. Anggota tim kesehatan menggunakan istilah obat dan medikasi untuk maksud yang
sama. Orang awam biasanya mengartikan medikasi sebagai obat (medicines).
b. Nama
Sebuah
obat dapat memiliki empat nama berbeda. Nama kimia member gambaran komposisi
obat. Salah satu contoh nama kimia ialah asam asetilsalisilat yang biasa
disebut sebagai aspirin. Nama generic diberikan oleh pabrik yang pertama kali
mempoduksi obat tersebut sebelum mendapat izin dr FDA dan hal ini dilindungi
hokum. Aspirin dan verapamilhidro klorida adalah contoh nama generic.
Undang-undang federal pada tahun 1962 mewajibkan setiap obat diberi sebuah nama
resmi. Nama resmi obat adalah nama obat dalam publikasi resmi, missal dalam
United States Pharmaciea (USP). Sebuah nama obat generic seringkali menjadi
nama resmi, missal pada kasus aspirin. Nama dagang, nama merk atau nama pabrik
adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generic
dapat memiliki nama dagang yang berbeda.
c. Klasifikasi
Pemberian
perawatan mengategorikan obat yang karakteristiknya sama berdasarkan
klasifikasi obat tersebut. Klasifikasi obat mengidentifikasikan efek pada
system tubuh. Gejala yang dihilangkan, atau efek yang diinginkan. Setiap
golongan berisi obat yang diprogramkan untuk masalah kesehatan yang sama.
d. Bentuk
obat
Obat
tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat obat. Misalnya, kapsul diberikan
peroral dan larutan diberikan per intravena. Komposisi obat dibuat untuk
meningkatkan absorbs dan metabolism di dalam tubuh. Banyak obat tersedia dalam
beberapa bentuk. Misalnya tablet, kapsul, eliksir, dan supositoria. Ketika
member obat, perawat harus yakin bahwa dia memberikan obat dengan benar.
e.
Undang-undang dan standar obat
1)
Standar Obat
Pada tahun 1906 pemerintah Amerika
Serikat menetapkan standar kualitas dan kemurnian obat berdasarkan pure food and drag act (undang-undang
makanan dan obar murni). Publikasi resmi seperti USP dan National Folmulary.
Menetapkan standar kualitas, kemurnian, pengepakan. Keamanan pelabelan dan
bentuk dosis obat. Di Kanda, British
Pharmacopeia (BP) farmasi menggunakan standar ini untuk memastikan klien
menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima
masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :
1. Kemurnian.
Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain
diperbolehkan dalam produksi obat.
2. Potensi.
Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat mempengaruhi kekuatan produksi obat.
3.
Biovailability. Kemampuan
obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan mealrut, diabsorbsi dan di angkut
tubuh ke tempat kerjanya disebut biavalibility.
4. Kemampuan.
Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektifitas
obat.
5.
Keamanan. Semua obat
harus tesus di evaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.
2)
Undang dan Kontrol
Di
Amerika Serikat, perundang undangan yang mengatur tentang obat dimulai dengan
dikeluarkanya pare food and drag act
(Undang-undang makanan dan obat murni). Pada tahun 1906. Undang-undang tersebut
menfokuskan perhatian dan kemurnian makanan, tetapi harusmenetapkan standar
resmi obat.
Hukum
yang mengatur tentang obat di Negara bagian harus sesuai dengan undang-undang
federal. Negara bagian dapat menentukan control tambahan, termasuk pengontrolan
zat yang tidak diatur oleh pemerintah federal. Sebagai contoh, pemerintah local
dapat mengatur penjualan dan penggunaan alcohol dan tembakau.
Peraturan
federal Negara bagian, dan daerah mempengaruhi praktik keperawatan, termasuk
penatalaksanaan pengobatan. Praktik keperawatan Negara bagian menetapkan
undang-undang dan mengatur batasan lingkup dan fungsi serta tanggung jawab
seorang perawat professional. UU ini merupakan pernyataan kebjakan gabungan
yang dibuat oleh asosiasi perawat, dokter, dan rumah sakit Negara bagian. UU
praktik keperawatan melindungi masyarakat dari perawat yang tidak terampil
berpendidikan rendah, dan tidak memiliki lisensi.
Sebelum
menerima tanggung jawab dalam member obat intravena, perawt harus berhati-hati
terhadpa kebijakan administrative yang berlaku di insitusi tempat perawat
tersebut bekerja. Karena suntkan intravena dapat menimbulkan efek samping yang
serius.
Perawat
bertanggung-jawab mengikuti ketentuan hokum saat memberikan zat terkontrol (controlled sibtance)
(obat mempengaruhi pikiran atau perilaku) yang hanya dapat dikeluarkan jika
diresepkan. Pelanggaran terhadap controlled
substances act dihukum dengan dikenakan denda, dipenjarakan, dan izinnya
sebagai perawat dicabut. Rumah sakit dan intitusi perawatan lain memiliki
kebijakan tentang penyimpangan dan pendistribusian zat terkontrol yang benar,
termasuk narkotik.
Penggunaan Obat
Nonterapeutik
Beberapa orang menggunakan obat
bukan untuk tujuan yang benar. Penggunaan obat secara tidak bijaksana
menimbulkan masalah kesehatan bagi pengguna, keluarga, dan komunitasnya. Pada
masa lalu penggunaan yang keliru (misuse)
atau penyalahgunaan obat (drug abuse)
berhubungan dengan penggunaan untuk memperoleh efek terapeutik, misalnya
untuk meredaka nyeri atau menurunkan rasa cemas. Saat ini factor, seperti
tkanan teman sebaya, rasa ingin tahu, dan pencarian kesenangan merupakan
motivator penggunaan obat yang tidak terapeutik. Masalah penyalahgunaan obat
tidakterbatas hanya pada heroin, kokain, dan obat keras lainnya. Masyarakat
kita memiliki kesadaran tentang penggunaan obat. Hal ini ditunjukkan oleh
penayangan iklan pereda nyeri, dekongestan, dan antacid yang sering di
televise.
Perawat memiliki kewajiban etis dan
hokum untuk memahami masalah individu yang menyalahgunakan obat. Ketika merawat
klien yang diduga menyalahgunakan obat atau menglami ketergantungan obat ,
perawat harus menyadari nilai dan sikap mereka sendiri terhadap penggunaan
secara sengaja zat yang berpotensi berbahaya. Perawat tidak dapatmembangun
hubungan yang terapeutik dengan klien, jika nilai – nilai pribadinya
menghambatnyamenerima atau memahami kebutuhan klien. Apabila perawat memiliki
pengetahuan tentang perubahan fsik, psikologis, dan social akibat
penyalahgunaan obat, perawat dapat mengidentifikasi klien yang memiiki masalh dengan
obat. Perawat harus mengenali dan mmemahhami masalah kolega yang menderita
akibat penyalahgunaan obat. Dewasa ini banyak program tersedia untuk membantu
para perawat ini menjadi pulih.
v
Sifat Kerja Obat
Obat
bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Sebuah obat tidak
menciptakan suatu fungsi didalam jaringan tubuh atau organ, tetapi mengubah
fungsi fisiologis. Obat dapat melindungi sel dari pengaruh agens kimia
lain,meningkatkan fungsi sel, atau mempercepat atau memperlambat proses kerjasel.
Obat dapat menggantikan zat tubuh yang hilang ( contoh; insulin, hormon tiroid,
atau esterogen)
Mekanisme Kerja
Obat
menghasilakan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membran sel atau dengan
berinteraksi dengan tempat reseptor. Obat – obatan, misalnya gas anestesi umum,
berinteraksi dengan membrane membran sel. Setelah sifat sel berubah, obat
mengeluarkan pengaruhnya. Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat
pada tempat reseptor sel. Reseptor melokalisasi efek obat. Tempat reseptor
berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang sama. Obat dan
reseptor saling berikatan seperti gembok dan kuncinya.Ketika obat dan reseptor
saling berikatan, efek terapeutik dirasakan. Setiap jaringan atau sel dalam
tubuh memiliki kelompok reseptor yang unik. Misalnya, reseptor pada sel jantung
berespon terhadap preparat digitalis.
Farmakokinetik
Farmakokinetik
adalah ilmu tentang cara obat masuk
kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh,
mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar darii tubuh. Dokter dan
perawat menggunakan pengetahuan farmakokinetiknya ketika memberikan obat,
memilih rute pembarian obat, menilai risiko perubahan kerja obat, dan
mengobservasi respons klien.
Absorpsi
Absorpsi
adalah cara moolekul obat masuk ke dalam darah. Kebanyakan ibat, kecuali obat
yang digunakan secar topical untuk
memperoleh efek local harus masuk kedalam sirkulasi sistematik untuk
menghasilakn efek yang terapeutik. Fakto – factor yang mempengaruhi absorpsi
obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat
absorpsi.
Setiap
rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat,
bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat ditembus zat
kimia, sehingg absorpsi menjadi lambat. Membran mukosa dan saluran nafas
mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan
kapiler-alveolar. Karena obat yang diberika per oral harus melewati system
pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi secara keseluruhan melambat.
Injeksi intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena dengan rute
ini obat dengan cepat masuk ke dalam sirkulasi sistematik.
Kondisi di tempat absorpsi mempengaruhi
kemudahan obat masuk ke dalam sirkulasi sistematik. Apabila kulit tergores,
obat topical lebih mudah diabsorpsi. Obat topical yang biasanya diprogramkan
untuk memperoleh efek local dapat menimbulkan reaksi yang serius ketika
diabsorpsi melalui lapisan kulit. Adanya edema pada membrane mukosa memperlambat
absorpsi obat karena obat membutuhkan waktu lama untuk berdifusi ke dalam
pembuluh darah. Absorpsi obat parental yang diberikan bergantung pada suplai
darah dalam jaringan. Sebelum memberikan sebuah obat melalui injeksi, perawat
harus mengkaji adanya factor local, misalnya edema, memar atau jaringan parut
bekas luka, yang dapat menurunkan yang
paling cepat absorpsi obat. Karena otot mempunyai suplai darah yang lebih
banyak daripada jaringan subkutan (SC), obat yang diberikan per intramuscular
(melalui otot) diabsorpsi lebih cepat daripada obat yang disuntikan per
subkutan. Pada beberapa kasus , absorpsi subkutan yang lambah lebih dipilih
karena menghasilkan efek yang dapat bertahan lama. Apabila perfusi jaringan
klien buruk, misalnya pada kasus syok sirkulasi, rute pemberian obat yang
terbaik ialah melalui intravena. Pemberian obat intravena menghasilkan absorpsi
yang paling cepat dan dapat diandalkan,
Rute
pemberian obat diprogramkan dan perawatan kesehatan. Perawat dapat meminta obat
diberikan dalam cara atau bentuk yang berbeda, berdasarkan pengkajian fisik
klien. Contoh bila klien tidak dapat menelan tablet maka perawat akan meminta
obat dalam bentuk eliksir atau sirup. Pengetahuan tentang factor yang dapat
mengubah atau menurunkan absorpsi obat membantu perawat melakukan pemberian
obat dengan benar. Makanan didalam saluran cerna dapat mempengaruhi Ph,
motilitas, dan pengankutan obat ke dalam saluran cerna. Kecepatan dan luas
absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh makanan. Perawat harus mengetahui implikasi
keperawatan untuk setiap obat yang diberikan. Contohnya, obat seperti aspirin,
zat besi, dan fenitoin natrium ( Dilantin) mengiritasi saluran cerna dan harus
diberikan bersama makanan atau segera setelah makan. Oleh karena itu, obat –
obatan tersebut harus diberikan satu sampai dua jam sebelum makan atau dua
sampai tiga jam setelah makan. Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa
buku obat keperawatan, informasi obat, atau berkonsultasi dengan apoteker rumah
sakit mengenai interaksi obat dan nutrien.
Distribusi
Setelah
diabsorpsi, obat didistribusikan di dalam tubuh ke jaringan dan organ tubuh dan
akhirnya ke tempat kerja obat tersebut. Laju dan luas distribusi bergantung
pada sifat fisik dan kimia obat dan struktur fisiologis individu yang menggunakannya.
v Berat dan Komposisi
Badan
Ada
hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah jaringan tubuh tempat obat didistribusikann.
Kebanyakan obat diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa.
Perubahan komposisi tubuhbdapat memengaruhi distribusi obat secara bermakna.
Contuh tentang berat dan komposisi tubuh dewasa. Perubahan komposisi
tubuhbdapat memengaruhi distribusi obat secara bermakna. Contoh tentang hal ini
dapat ditemukan pada klien lansia. Karena penuan, jumlah cairan tubuh
berkurang, sehingga obat yang dapat
larut dalam air tidak didistribusikan dengan baik dan konsentrasinya
meningkat di dalam darah klien lansia. Peningkatan presentase lemak tubuh
secara umum ditemukan pada klien lansia, membuat kerja obat menjadi lebih lama
karena distribusi obat di dalam tubuh lebih lambat. Semakin kecil berat badan
klien, semakin besar konsentrasi obat di dalam jaringan tubuhnya, dan efek obat
yang dihasilkan makin kuat. Lansia mengalami penurunan massa jaringan tubuh dan
tinggi badan dan sering kali memerlukan dosis obat yang lebih rendah daripada
klien yang lebih muda.
v Dinamika Sirkulasi
Obat
lebih mudah keluar interstial ke dalam ruang intravascular daripadadi antara
kompartemen tubuh. Pembuluh darah dapat ditembus oleh kebanyakan zat yang dapat
larut, kecuali oleh partikel obat yang besar atau berikatan dengan protein
serum. Konsentrasi sebuah obat pada sebuah tempat tertentu bergantung pada
jumlah pembuluh darah dalam jaringan, tingkat vasolidasi atau vasokontruksi
local, dan kecepatan aliran darah ke sebuah jaringan. Latihan fisik, udara yang
hangat, dan badan yang menggigil mengubah sirkulasi local. Contoh, jika klien
melakukan kompres hangat pada tempat suntikn intramuscular, akan terjadi
vasoliditas yang meningkatkan distribusi obat.
v Ikatan protein
Derajat
kekuatan ikatan obat dengan protein serum, misalnya albumin, memengaruhi
distribusi obat. Kebanyakan obat terikat pada protein dalam tingkatan tertentu.
Ketika molekul obat terikat pada albumin, obat tidak dapat menghasilkan aktivitas
farmakologis. Obat yang tidak berikatan atau “bebas” adalah bentuk aktif obat.
Lansia mengalami penurunan kadar albumin dalam aliran darah, kemungkinan
disebabkan oleh penurunan fungsi hati. Hal yang sama terjadi pada klien yang
menderita penyakit hati atau malnutrisi. Akibatnya, lansia dapat beresiko
mengalami peningkatan aktivitas obat, toksisitas obat, atau keduanya.
Metabolisme
Setelah
mencapai tempat kerjanya, obat
dimetabolisasi menjadi bentuk tidak aktif, sehingga lebih mudah diekskresi.
Sebagian besar Biotransformasi
berlangsung dibawah pengaruh enzim yang mendetoksifikasi, mengurai (memecah),
dan melepas zat kimia aktif secara biologis. Kebanyakan biotransformasi
berlangsung didalan hati, walaupun paru – paru, ginjal, darah, dan usus juga
memetabolisasi obat.
Hati
sangat penting karena strukturnya yang khusus mengoksidasi dan mengubah banyak
zat toksi. Hati mengurai banyak zat kimia berbahaya sebelum didistribusi ke
jaringan. Penurunan fungsi hati yang terjadi seiring penuaan atau disertai
penyakit hati memengaruhi kecepatan eliminasi obat dari tubuh. Perlambatan
metabolisme yang dihasilkan membuat obat terakumulasi didalam tubuh. Akibatnya
klien lebih berisiko mengalami toksisitas obat. Apabila organ yang
berpartisipasi dalam metabolisme obat mengalami perubahan, klien berisiko
mengalami toksisitas obat.
Ekskresi
Setelah
dimetabolisme, obat keluar dari tubuh melalui ginjal, hati, usus, paru, dan
kelenjar eksokrin. Struktur kimia sebuah obat menentukan organ yang
mengekskresinya. Senyawa gas dan senyawa
volatile (zat yang mudah menguap),
misalnya eter, dinitrogen monoksida, dan alcohol keluar melalui paru.
Kelenjar
eksokrin mengekskresi obat larut lemak. Ketika obat keluar melalui kelenjar
keringat, kulit dapat mengalami iritasi.
Saluran
cerna adalah jalur lain ekskresi obat. Banyak obat masuk ke dalam sirkulasi
hati untuk dipecah oleh hati dan diekskresi ke dalam empedu. Setelah zat kimia
masuk ke dalam usus melalui saluran empedu, zat tersebut diabsorbsi kembali
oleh usus. Faktor-faktor yang meningkatkan peristaltik, misalnya laksatif dan
enem, mempercepat ekskresi obat melalui feses. Sedangkan factor-faktor yang
memperlambat peristaltic, misalnya tidak melakukan aktivitas atau diet yang
tidak tepat, memperpanjang efek obat.
Ginjal
adalah organ utama ekskresi obat. Obat lain menjalani biotransformasi di hati
sebelum diekskresi oleh ginjal.
Efek Terapeutik
Efek terapeutik merupakan
respons fisiologis obat yang diharapkan atau yang diperkirakan timbul.
Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang terapeutik.
Efek samping
Efek samping
ini mungkin tidak berbahaya atau bahkan menimbulkan cedera. Apabila efek
samping cukup serius hingga menghilangkan efek terapeutik obat, dokter dapat
menghentikan pemberian obat.
Efek Toksik
Umumnya,
efek toksik terjadi setelah klien
meminum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama, setelah lama menggunakan
obat yang ditujukan untuk aplikasi eksternal, atau setelah suatu obat
berakumulasi di dalam darah akibat kerusakan metabolisme atau ekskresi. Satu dosis obat dapat menimbulkan efek
toksik pada beberapa klien. Jumlah obat yang berlebihan di dalam tubuh dapat
menimbulkan efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat.
Reaksi Idiosinkratik
Obat
dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi
klien bereaksi kelebihan, tidak bereaksi, atau bereaksi tidak normal terhadap
obat.
Reaksi Alergi
Reaksi alergi adalah
respons lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi
obat, 5% sampai 10% merupakan reaksi alergi. Apabila obat diberikan secara
berulang kepada klien, ia akan mengalami respons alergi terhadap obat, zat
pengawet obat, atau metabolitnya. Dalam hal ini obat atau zat kimia bekerja
sebagai antigen, memicu pelepasan antibody.
Reaksi
yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi (pengecilan) otot
bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan sesak napas.
Toleransi terhadap Obat
Beberapa
klien yang menerima obat dalam jangka waktu lama memerlukan dosis yang lebih
tinggi untuk memperoleh efek yang sama. Klien yang menggunakan berbagai obat
nyeri dapat mengalami toleransi setelah jangka waktu tertentu. Seringkali,
setelah jangka waktu tertentu klien perlu meningkatkan dosis obat nyeri untuk
meredakan nyeri.
Interaksi Obat
Interaksi
obat umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat. Sebuah obat
dapat menguatkan atau menghilangkan kerja obat lain dan dapat mengubah
absorpsi, metabolisme, atau pembuangan obat tersebut dari tubuh.
Dengan
efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua obat tersebut lebih besar dari
pada efek obat bila diberikan terpisah. Alcohol adalah depresan susunan saraf
pusat yang memiliki efek sinergis pada antihistamin, antidepresan, berbiturat,
dan analgesik narkotik.
Interaksi
obat selalu diharapkan seringkali seorang dokter memprogramkan terapi obat
kombinasi untuk menciptakan interaksi obat guna mendapatkan keuntungan
terapeutik.
Respon Dosis Obat
Tujuan
suatu obat diprogramkan adalah untuk mencapai kadar darah yang konstan dalam
rentang terapeutik yang aman.Dosis berulang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi terapeutik konstan suatu obat karena sebagian obat selalu dibuang
(diekskresi). Konsentrasi serum tertinggi obat (konsentrasi puncak). Biasanya
dicapai sesaat sebelum obat terakhir diabsorbsi.Setelah mencapai puncak,
konsentrasi serum bertahap.Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak
dicapai dengan cepat, tetapi kadar serum juga mulai turun dengan cepat.
Semua
obat memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang diperllukan proses ekskresi
untuk menurunkan konsentrasi seru sampai setengahnya.Dengan mengetahui interval
waktu kerja obat, perawat dapat mengantisipasi efek suatu obat :
1.Awitan
kerja obat.
2.Kerja
puncak obat.
3.Durasi
kerja obat.
4.Plateau
v Faktor yang
mempengaruhi kerja obat
·
Perbedaan genetic
Susunan
genetil mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolic dalam keluarga sering
kali sama. Faktor genetic menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami
ada untuk membantu penguraian obat. Akibatnya, anggota keluarga sensitive
terhadap suatu obat.
·
Variabel fisiologis
Perbedaan
hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu.Hormon dan
obat salinh bersaing dalam biotransfornasi karena kedua senyawa tersebut
terurai dalam proses metabolic yang sama. Variasi diurnal pada sekresi estrogen
bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialaami wanita. Usia
berdampak langsung pada kerja obat.Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan
struktur yang mengbah pengaruh obat. Perawat harus berupaya untuk meminimalkan
efek obat yang berbahaya dan meningkatkan kapasitas fungsi yang tersisa pada
klien.
·
Kondisi lingkungan
Stres
fisik dan emosi yang berat akan memicu respon hormonal yang pada akhirnya
mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan enzim. Pada
cuaca panas dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi
meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi,
sehingga dosis vasodilator perlu ditambah
·
Faktor psikologis
Sejumlah
factor psilkologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon tehadap obat.Sikap
sesorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atu pengaruh
keluarga. Makna obat atau signifikansi mengonsumsi obat mempengaruhi respon
klien terhadap terapi. Sebuah obat dapat digunakan sebagi cara untuk mengatasi
rasa tidak aman. Pada situasi ini, klien bergantung pada obat sebagai media
koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka,
rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan
terhadap obat.
·
Diet
Interaksi
obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient. Contoh, vitamin
K (terkandung dalam sayuran hijau berdaun) merupakan nutrient yang melawan efek
warfarin nutrium (Coumadin), mengurangi efeknya maka mekanisme pembekuan darah.
Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak. Klien membutuhkan
nutrisi tambahan ketika mengkonsumsi obat yang menuurunkan efek nutrisi.
Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.
v Rute Pemberian obat
§ Rute
Oral
Pemberian
Per Oral
Rute
oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat diberikan
melalui mulut dan di telan. Obat yang diberikan per oral lebih murah daripada
banyak preparat lain. Awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih
lama. Klien umumnya lebih memilih rute oral.
Pemberian
Sublingual
Obat sublingual
di rancang supaya, setelah diletakkan dibawah lidah tidak bleh ditelan.Bila
ditelan efek yang diharapkan tudak akan tercapai.Nitrogliserin umumnya
diberikan secara sublingual. Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
Pemberian
bukal
Pemberian
obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane
mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis
obat secara bergantian dipipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi. Klien
juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air
bersama obat.
§ Rute
Parenteral
Rute
parenteral adalah memberikan obat dengan menginjeksinya kedalam tubuh jaringan
tubuh. Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut :
1.
Subkutan (SC). Injeksi
kedalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit.
2.
Intradermal (ID).
Injeksi kedalam dermis tepat dibawah epidermis.
3.
Intramuscular (IM).
Injeksi kedalam otot tubuh.
4.
Intravena (IV).
Suntikan kedalam vena.
Beberapa
obat diberikan kedalam rongga tubuh selain empat tipe yang tertera diatas. Di
beberapa institusi perawat mungkin bertanggung jawab memberikan obat dengan
teknik yang maju ini. Baik memberikan obat melalui rute ini atau tidak, perawat
tetap bertanggung jawab memantau keituhan system pemberian obat. Berikut adalah
pemberian obat yang canggih dimana
perawat memiliki tanggung jawab :
Ø Epidural
Obat
diberikan di dalam ruang epidural via kateter yang telah di pasang oleh perawat anestesi atau ahli anestesi.
Perawat yang telah mendapat pelatihan khusus dapat membeikan obat dalam bentuk
bolus atau melalui infuse kontinu.
Ø Intratekal
Obat
inratekal diberikan melalui kateter yang telah dipasang ke dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam salah satu ventrikel otak. Pemberian intratekal
sering kali berhubungan dengan pemberian obat jangka panjang melalui kateter
yang di pasang melalui pembedahan. Dibanyak institusi dokter biasanya
memasukkan obat ke dalam kateter intravekal.
Ø Intraoseosa
Metode
pemberian obat ini dilakukan dengan memasukkan obat langsung kedalam sumsum
tulang. Metode ini paling sering di gunakan pada bayi dan toddler yang akses
pembuluh darahnya buruk. Metode ini paling sering digunakan pada kondisi
kedaruratan dan akses IV tidak mungkin dilakukan. Dokter menginsersi jarumn
intraoseosa ke dalam tulang, biasanya ke tibia, sehingga perawat dapat
memberikan obat.
Ø Intraperitonial
Obat
diberikan ke dalam rongga peritoneum. Di sini obat diabsorpsi ke dalam
sirkulasi. Kemoterapi dan antibiotic biasanya diberikan dengan cara ini. Salah
satu metode dianalisis juga menggunakan rute peritoneum untuk memindahkan
cairan, elektrolit, dan produk limbah.
Ø Intrapleura
Obat
diberikan melalui dinding dada dan langsung ke dalam ruang pleura. Obat
dimasukkan melalui sebuah injeksi atau selang dada yang diinsersi oleh dokter.
Kemoterapi adalah obat yang paling sering diberikan melalui metode ini. Dewasa
ini semakin banyak indikasi yang lebih baru untuk penggunaan metode ini. Salah
satu indikasi tersebut ialah memasukkan agens analgesic melalui kateter
intrapleura yang dirancang khusus (Martin dan Mehery,1994)
Ø Intraarteri
Pada
metode ini obat dimasukkan langsung ke dalam arteri. Infusi intraarteri umum
dilakukan pada klien yang di dalam arterinya terdapat bekuan. Perawat akan
mengatur pemasukan agens penghancur bekuan melalui infuse kontinu. Perawat
harus dengan cermat memantau integritas infuse ini mencegah system tersebut
putus akibat hati-hati dan perdarahan setelah itu.
§ Pemberian
Topikal
Obat yang diberikan
melalui kulit dan membrane mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek local.
Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu daerah kulit,
memasang balutan yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau
menyediakan air mandi yang di campur obat. Efek sistemik timbul, jika kulit
klien tipis, konsentrasi obat tinggi, atau juga obat bersentuhan dengan kulit
dalam jangka waktu lama.
Obat diberikan secara
topical dengan menggunakan cakram atau lempeng transdermal ( contoh,
nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen). Cakram melindungi salep
obat pada kulit. Metode pengantaran obat ini menjamin klien menerima kadar obat
secara kontinu dalam darahnya, bukan kadar yang terputus-putus, seperti yang
terjadi pada pemberian obat dalam bentuk oral atau injeksi. Obat topical ini
dapat di berikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai 7 hari.
Perawat menggunakan
metode di bawah ini dalam pemberian obat pada membrane mukosa:
1.
Pemberian cairan secara
langsung ( contoh, meminta klien berkumur, mengusap tenggorok)
2.
Insersi obat ke dalam
rongga tubuh ( contoh, menempatkan supositorial pada rectum atau vagina atau
menginsersi paket obat ke dalam vagina)
3.
Instiilasi ( pemasukan
lambt) cairan ke dalam rongga tubuh ( contoh, memasukkan tetes telinga, tetes
hidung, dan memasukkan cairan ke dalam kandung kemih dan rectum)
4.
Irigasi ( mencuci
bersih) rongga tubuh ( contoh, membilas mata, telinga, vagina, kandung kemih,
atau rektu dengan obat cair)
5.
Penyemprotan ( contoh,
memasukkan obat kedalam hidung dan tenggorokan.
§ Inhalasi
Saluran nafas bagian
dalam memungkinkan area permukaan yang luas untuk absorpsi obat. Obat dapat
diberikan melalui pasase nasal, pasase oral, atau selang yang di pasang ke
dalam trakea.
Ø Inhalasi
Nasal
Obat diinhalasi melalui
hidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat. Alat tipe semprotan,
misalnya fenilefrin (Neo-Synephrine), yang menghasilkan efek local.
Ø Inhalasi
Oral
Inhalasi
oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau organism
di parenkim paru. Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang di tangan klien.
Obat yang diberikan menggunakan inhailer yang dipegang di tangan disebar
melalui semprot aerosol, uap, atau bubuk yang masuk ke saluran udara di paru.
Ibat untuk mengatasi infeksi paru, misalnya pneumocystis
carinii, dapat diberikan dalam bentuk obat yang mebulisasi
v Sistem Perhitungan Obat
Ketepatan
pemberian obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan
akurat dan mengukur oba dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dam
menempatkan anka decimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat dapat
mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat bertanggung jawab mengecek dosis
obat sebelum memberikannya serta mengajari klien tentang dosis yang di
programkan.
Ukuran rumah tangga
Ukuran rumah tangga
meliputi tetesan,sendok the, sendok makan,dan cangkir.untuk volume dan ounce
serta pound untuk berat.kerugian ukuran rumah tangga adalah ketidak
akuratannya.karena perkakas rumah tangga ukurannya bervariasi.keuntungan ukuran
rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah dikenali.
Larutan
Suatu larutan adalah suatu
massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang
diketahui.apabila sebuah zat padat dilarutkan dalam cairan,satuan
konsentrasinya adalah satuan bert per satuan volum(mis.g/ml,mg/L,mg/ml).
v Mengonversi satuan ukuran
Pemberian obat bukan
satu-satunya konversi yang dilakukan perawat.konversi juga banyak digunakan
dalam aktivitas keperawatan.
Konversi dalam satuan system
Pada system metric perawat
secara sederhana membagi dan mengali.untuk mengubah milligram menjadi
gramperawat membagi dengan 1000.(ex,1000mg =1g).untuk mengubah liter menjadi
milliliter perawat mengalikannya dengan 1000.(1liter =1000ml)
Untuk mengonversi satuan
ukuran dalam system apothecary atau rumah tangga,perawat harus melihat tabel
konversi.
Konversi antar system
Seringkali perawat harus
menentukan dosis akurat sebuah obat dengan mengubah berat atau volume dari satu
system perhitungan kedalam system perhitungan lain. Sebelum membuat konversi
,perawat membandingkan system perhitungan yang tersedia dengan system yang
diintruksikan.
Kalkulasi dosis
Perawat dapat menggunakan
rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis . rumus berikut dapat
digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam bentuk padat atau cair.
Dosis yang diprogamkan x jumlah ang tersedia =
jumlah yang akan diberikan
Dosis yang tersedia
Dosis yang dprogramkan
adalah jumah obat yang murni yang diresepkan dokter untuk seorang klien.dosis
yang teredia ialah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang
disuplai oleh farmasi .jumlah yang tersedia ialah satuan dasar atau jumlah obat
yang megandung dosis yang tersedia .
Banyak tablet yang
tersedia berbentuk biji atau lekukan yang membagi tengah obat. Perawat tidak
boleh pernah berusaha memperkirakan jumlah obat dalam tablet yang hancur dan
tidak lagi berbentuk biji karena hal ini beresiko perawat memberikan obat dalam
dosis yang sangat rendah atau terlalu tinggi.perawat harus selalu memeriksa
kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama professional lain,jika
jawaban tampak tdak masuk akal.
Dosis pediatric
Pada kebanyakan kasus
dokter menghitung dosis yang aman untuk anak sebelum memprogramkan obat. Namun
perawat harus megetahui rumus yang digunakan untuk menghitung dosis pediatric
dan memerika kembali semua dosis sebelum diberkan . metode perhitungan obat
pediatric yang paing akurat berdasarkan pada area permukaan tubuh.
Dosis anak = area permukaan
tubuh anak x dosis dewasa normal 1,7 m2
v Pemberian obat
Peran
dokter
Dokter menulis
instruksinya pada format yang telah dibuat dalam catatan medis klien,dalam buku
instruksi dokter atau dalam kertas resep resmi. Perawat mencatatat dan
menandatangani semua instruksi,baik yang diberikan per telepon maupun secara
verbal dengan menulis waktu,tanggal dan nama dokter yang memberi instruksi obat
dan kemudian dokter menendatangani instruksi tersebut. Ada berbagai kebijakan
institusi tentang personel mana yang dapat menerima instruksi verbal atau per
telepon. Umumnya,mahasiswa keperawatan tidak boleh menerima anstruksi obat.
Tidak ada obat yang diberikan tanpa sebuah instruksi.
Tipe instruksi
Empat tipe
umum instruksi obat didasarkan pada frekuensi pemberian obat.
Standing
orders
Sebuah
instruksi tetap(standing order) dilaksanakan sampai dokter menggantinya dengan
instruksi baru atau sampai jumlah hari penggunaan obat yang diresepkan berlalu.standing order mempunyai batas waktu. Banyak institusi
memiliki kebijakan untuk secara otomatis menghentikan standing order .contoh standing order adalah:’’tetracyline 500mg PO
q6h’’decadron 10 mg qd x 5 hari.’’
Instuksi PRN
Dokter dapat menginstuksikan sebuah obat berdasarkan PRN(ketika klien
membutuhkannya). Seringkali dokter memerlukan interval minimal untuk waktu
pemberian obat. Artimya,sebuahobat tidak boleh diberikan terlalu sering dari
yang telah diprogramkan. Ketika obat diberikan,perawat menctat pengkajian yang
telah dilakukan dan mencatat waktu obat dioberikan. Perawat harus mengavaluasi
secara berkala keefektifan obat dan mencatat temuan di tempat yang seharusnya.
Evaluasi ini di catat pada catatan pemberian obat atau pada catatan medis
klien.
Instuksi tunggal
Dokter dapat menginstruksikan sebuah obat untuk diberikan hanya sekali pada
waktu tertentu. Hal ini biasanya berlaku pada obat pra operasi atau obat yang
diberikan sebelum pemeriksaan diagnostik.
Instruksi STAT
Sebuah instruksi STAT menandakan bahwa suatu dosis tunggal obat di berikan
segera dan hanya sekali.seringkali
instruksi ini diberikan ketika kondisi klien tiba-tiba berubah.
Beberapa kondisi mengubah status instruksi obat klien. Tindakan operasi
secara otomatis membatalkan semua obat operasi. Karena kondisi klien biasanya
berubah pasca operasi,dokter harus menulis instruksi baru.
Peresepan
Dokter menulis resep untuk klien yang akan mrngonsumsi obat di luar rumah
sakit. Karena klien harus memahami cara mengonsumsi obat dan kapan harus
mengisi kembali resep,jika diperlukan.dibawah ini adalah bagian dari resep:
1.
superscription.
Nama,alamat dan usia klien serta tanggal dicantumkan untuk mengidentifikasi
klien.simbol R (Take Thou) di tulis di bagian atas format.
2.
inscription.
Terdiri dari nama,kekuatan,dan dosis obat.
3.
subcription. Petunjuk tentang jumlah
tablet atau jumlah yang akan dikeluarkan diberikan kepada ahli farmasi.
4.
tanda
tangan. Informasi yang akan ditulis pada label obat ,misalnya
petunjuk untuk klien.
5.
data
pribadi. Dokter menendatangani resepapabila obat merupakan zat
terkontrol,dokter menuliskan nomor registrasi dan almatnya.
Peran
ahli farmasi
Ahli farmasi menyiapkan
dan mendistribusikan obat yang diresepkan. Ahli farmasi juga meningkatkan
terapi obat yang optimal dengan mengkaji rencana obat dan mengevaluasi
kebutuhan klien yang berkaitan dengan pengobatan(American Pharmaceutical
Association,1994). Ahli farmasi bertanggung jawab memenuhi permintaan resep
dengan akurat dan harus yakin bahwa resep tersebut valid.
PROSES
KEPERAWATAN DAN OBAT
Riwayat medis
Riwayat medis
memberikan indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat. Penyakit atau
ganguan membuat klien berisiko terkena efefk samping yang merugikan. Contyohnya
jika seorang kilen mengalami ulkus lambung atau cenderung mengalami perdarahan
maka senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan meningkatkan
kemumungkinan perdarahan. Masalah kesehatan jangka panjang, misalnya diabetus
atau artritis, yang membutuhkan pengobatan, memberi perawat informasi tentang
tipe obat yang sedang kien gunakan. Riwayat pebedahan klien dapat mengindikasi
obat yang digunakan. Dari riwayat ini perawat dapat meminta supaya klien
diresepkan obat yang rutin digunakannya, jika obat – obat tersebut belum
diresepkan saat klien datang.
Riwayat alergi
Apabila klien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, perawat harus menginformasikan anggota
tim kesehatan lain. Alergi terhadap makanan harus didokumentasikan dengan
cermat karena obat banyak mengandung unsur yang terkandung dalam sumber
makanan. Apabila klien alergi terhadap kerang maka klien akan sensitive terhadap
suatu produk yang mengandung yodium. Di sebuah rumah sakit, klien mengenakan
pita indetifikasi yang memuat daftar alergi obat. Semua alergi harus dicatat
penerimaan medis, dan riwayat dokter.
Data obat
Perawat mengkaji
data informasi tentang setiap obat termasuk kerja, tujuan, dosis normal, rute
pemberian, efek samping, dan implikasi keperawatan dalam pemberian dan
pengawasan obat.beberapa sumber sering kali harus dikonsultasi untuk memperoleh
keterangan yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak
mungkin informasi tentang obatyang diberikan. Banyak mahasiswa keperawatan
menyiapkan atau membeli kartu dan buku yang memuat keterangan obat untuk mereka
gunakan sebagai rujukan cepat.
Riwayat diet
Riwayat diet
memberikan keterangan tentang pola makan dan pilihan makanan klien. Perawat
kemudian dapat merncanakan penjadwalan dosis obat yang lebih efektif dan
menganjurkan klien menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat.
Kondisi klien terkini
Status fisik dan
mental klien yang berkesinmbungan dapat menentukan apakah obat sebaiknya
diberikan dan cara pemberian obat. Contoh, perawat memeriksa tekanan darah
sebelum memberi sebuah obat antihipertensi. Apabila klien mual kemungkinan ia
tidak dapat menelan tablet.
Persepsi klien atau masalah koordinasi
Klien yang
berfungsi dan koordinasinya terbatas kemungkinansulit menggunakan obat secara
mandiri. Perawat harus mengkaji kemampuan klien dalam mempersiapkan dosis dan
menggunakan obat dengan benar. Apabila klien tidak mampu menggunakan obat
dengan mandiri, perawat dapat mempelajari apakah ada anggota keluarga atau
temen yang dapat membantu.
Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien
terhadap obat menunjukan tingkat ketergantungan pada obat. Klien seringkali
enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat. Untuk mengkaji sikap klien,
perawat perlu mengabservasi perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan
obat.
Pengetahuan klien dan pemahaman tentang
terapi obat
Apabila klien
tidak memahami tujuan obat, penjadwalan dosis yang teratur, metode pemberian
yang tepat, efek samping yang mungkin timbul memungkinkan klien tidak mematuhi
progam penobata. Apabila riwayat tingkat kepatuhan klien rendah perawat
sebaiknya juga memeriksa sumber yang dapat klien manfaatkan untuk membeli obat.
Kebutuhan pembelajaran klien
Dengan mengkaji
tingkat pengetahuan klien tentang sebuah obat, perawat menetapkan intruksi yang
klien perlakukan. Perawat mungkin perlu menjelaskan kerja fan tujuan obat, efek
samping yang timbul, teknik pemberian obat yang benar, dan cara mengingat
jadwal obat.
v Perencanaan
Perawat
mengatur aktifitas perawat untuk memastikan bahwa teknik pemberian obat aman.
Tergesa – gesa dalam pemberian obat dapat memicu terjadi kesalahan. Perawat
dapat merencanakan untuk meggunakan waktu selama memberikan obat.Dengan
demikian perawat mengajarkan klien tentang obat yang digunakannya perawat harus
mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasikan faktor – faktor,
psikologis, ekonomi, atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan konsiten
menggunaka obat secara mandiri.misalnya, kien menderita artritis yang
membuatnya sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan
lain, bekerja sama mecari jalan keluar untuk masalah ini sebelum klien
dipulangkan. Apabila waktu yang tersedia untuk menjelaskan intruksi terbatas
brosur atau pamflet dapat digunakan untuk menggunaan informai, sehingga klien
dapat meninjaunya kembali.baik seorang klien mencoba menggunakan obat secara
mandiei maupun perawat bertanggung jawab memberikan obat
Sasaran tersbut
harus dicapai :
Ø Tidak ada
komplikasi yang timbukl akibt rute obat yang digunakan
Ø Efek tarapeutik
obat yang diprogamkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan klien tetap
dipertahankan.
Ø Klien dan
keluarga memahami terapi obat.
Ø Pemberian obat
secara mandiri dilakukan dengan aman.
Sistem Distribusi
Sistem penyimpanan dan distribusi obat
dan variasi diantara lembaga perawat kesehatan. Institusi yang menyediakan
pelayanan keperawatan menetapkan willayah tertentuuntuk penyimpanandan
menyalurkan obat. Ruang obat khusus, karena portabel terkunci, dan uni
penyimpanan indiviu yang dekat dengan kamar klien merupakan beberapa fasilitas
yang digunakan. Perawat harus tetap nengawasi persediaan obat dengan ketat dan
memastikan area penyimpanan terkunci saat tidak diawasi.
Suplai Persediaan
Denagn sistem persediaan, obat tersedia
dalam jumlah banyak dalam kotak persediaan. Seseorang perawat mempersiapkan
dosis individual dari sebuah wadah supi persediaan besar. Tipe sistem ini
memakan waktu dan biaya. Tipe sistem pemberian obat ini dikaitkan dengan
tingkat kesalahan pengobatan yang tinggi dan saat ini umumnya tidak lagi
digunakan. Narkotika serig kali disediakan dalam suplai persediaan.
Sistem unit – dosis
Unit dosis adalah dosis pbat yang
dprogamkan, yang klien terima pada waktu yang diprogamkan. Dosis ini mencangkup
obat PRN dalam jmlah tebatas perawat dan ahli farmasi memliki kemugkinan lebih
besar untuk mengidentofikasi dosis yang lebih dahulu habis.
v Prinsip
Pemberian Obat
Pemberian
obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawatan harus memberikan
perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas
lain ketika memberikan obat. Perawat menggunakan “ Lima Benar “ pemberian obat
untuk menjamin pemberian ibat yang aman.
“
Lima Benar “ atau prinsip pemberian obat sebagai berikut:
1. Benar
Obat
Apabila obat pertama kali
diprogramkan perawat membandingkan tiket obat/format pencatatan unit-dosis
dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat
membandingkan label pada wadah obat dengan format/tiket obat.
Perawat melakukan ini 3 kali yaitu:
·
Sebelum memindahkan
wadah obat dari laci/lemari.
·
Pada saat sejumlah obat
yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
·
Sebelum mengembalikan
wadah obat ke tempat penyimpanan.
Dengan dosis tunggal, obat yang
sebelumnya sudah dikemas, perawat memeriksa
label pada format obat 3 kali
walaupun obat tersebut belum diambil dari wadah yang besar.
2. Benar
Dosis
Sistem unit-dosis didistribusi obat
meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.
Apabila sebuah obat harus
disediakan dari volume atau kekuatan abad yang lebih besar atau lebih kecil
dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu system
perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko
kesalahan meningkat. Pada situasi ini, perawat harus memeeriksa perhitungan
dosis yang dilakukan perawat lain.
3. Benar
Klien.
Langkah penting dalam pemberian
obat dengan aman adalah menyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien
yang benar. Perawat yang bekerja di rumah sakit atau lingkungan perawatan lain
sering bertanggung jawab untuk memberika obat pada banyak klien.
Klien sering mempunyai nama akhir
yang serupa, dan ini menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah,
khususnya bila perawat bebas tugas sebelumnya sebelum beberapa hari. Untuk
mengidetifikasi klien dengan tepat perawat memeriksa kartu, format, atau
laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta
klien menyebutkan nama.
4. Benar
Rute
Apabila sebuah instruksi obat tidak
emnerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikan kepada dokter.
Demikian jadi bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan,
perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang
benar sangat penting. Juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari
preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang
dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan implikasi. Misalnya obsess
steril atau efek sistemik yang fatal.
5. Benar
waktu
Perawat harus mengetahui alas an
sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal
tersebut dapat diubah. Contoh: diprogramkan dua obat, satu dengan ( setiap 8
jam ) dan yang lain tidak ( 3 kali sehari ). Kedua obat diberikan 3 kali dalam
24 jam. Tujuan doter meberikan obat denagn dalam hitungan jam ialah mempertahan
kan kadar terapuritik obat. Perbedaannya obat tidak diberikan selama klien
terjangkit. Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang
harus diberikan dengan interval.
v Kesalahan
Pengobatan
Kesalah
pngobatan adalah suatu kejadian yang dapt membuat klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang
tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat
dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.
Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus di rancang supaya ada sebuah sitem
pemeriksaan dan keseimbangan. Hal ini akan membantu mengurangi kesalahan
pengobatan.
Perawat juga bertanggung jawab melengkapi
laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan
pengakuan tentang suatu kesalahan atau
menjadi dasar untuk member hukuman dan bukan merupakan bagian catatan
medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang
terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk
memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite intedisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah system di rumah sakit yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan
v Prinsip
Pemberian Obat
Pemberian
obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawatan harus memberikan
perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas
lain ketika memberikan obat. Perawat menggunakan “ Lima Benar “ pemberian obat
untuk menjamin pemberian ibat yang aman.
“
Lima Benar “ atau prinsip pemberian obat sebagai berikut:
6. Benar
Obat
Apabila obat pertama kali
diprogramkan perawat membandingkan tiket obat/format pencatatan unit-dosis
dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat, perawat
membandingkan label pada wadah obat dengan format/tiket obat.
Perawat melakukan ini 3 kali yaitu:
·
Sebelum memindahkan
wadah obat dari laci/lemari.
·
Pada saat sejumlah obat
yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
·
Sebelum mengembalikan
wadah obat ke tempat penyimpanan.
Dengan
dosis tunggal, obat yang sebelumnya sudah dikemas, perawat memeriksa
label
pada format obat 3 kali walaupun obat tersebut belum diambil dari wadah yang
besar.
7. Benar
Dosis
Sistem unit-dosis didistribusi obat
meminimalkan kesalahan karena kebanyakan obat tersedia dalam dosis yang sesuai.
Apabila sebuah obat harus
disediakan dari volume atau kekuatan abad yang lebih besar atau lebih kecil
dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu system
perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko
kesalahan meningkat. Pada situasi ini, perawat harus memeeriksa perhitungan
dosis yang dilakukan perawat lain.
8. Benar
Klien.
Langkah penting dalam pemberian
obat dengan aman adalah menyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien
yang benar. Perawat yang bekerja di rumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering
bertanggung jawab untuk memberika obat pada banyak klien.
Klien sering mempunyai nama akhir
yang serupa, dan ini menyulitkan untuk mengingat setiap nama dan wajah,
khususnya bila perawat bebas tugas sebelumnya sebelum beberapa hari. Untuk
mengidetifikasi klien dengan tepat perawat memeriksa kartu, format, atau
laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan
meminta klien menyebutkan nama.
9. Benar
Rute
Apabila sebuah instruksi obat tidak
emnerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikan kepada dokter.
Demikian jadi bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan,
perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang
benar sangat penting. Juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari
preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang
dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan implikasi. Misalnya obsess
steril atau efek sistemik yang fatal.
10. Benar
waktu
Perawat harus mengetahui alas an
sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal
tersebut dapat diubah. Contoh: diprogramkan dua obat, satu dengan ( setiap 8
jam ) dan yang lain tidak ( 3 kali sehari ). Kedua obat diberikan 3 kali dalam
24 jam. Tujuan doter meberikan obat denagn dalam hitungan jam ialah mempertahan
kan kadar terapuritik obat. Perbedaannya obat tidak diberikan selama klien
terjangkit. Setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang
harus diberikan dengan interval.
v Kesalahan
Pengobatan
Kesalah
pngobatan adalah suatu kejadian yang dapt membuat klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang
tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat
dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat.
Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus di rancang supaya ada sebuah sitem
pemeriksaan dan keseimbangan. Hal ini akan membantu mengurangi kesalahan
pengobatan.
Perawat juga bertanggung jawab melengkapi
laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan
pengakuan tentang suatu kesalahan atau
menjadi dasar untuk member hukuman dan bukan merupakan bagian catatan
medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang
terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk
memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite intedisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah system di rumah sakit yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan.
PERTIIMBANGAN
KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPPOK USIA TERTENTU
Bayi dan
Anak
Usia, berat badan, area permukaan tubuh, dan kemampuan
mengabsorpsi, memetabolisasi, dan mengekskresi obat pada anak berbeda-beda.
Dosis anak lebih rendah dari pada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus
perlu diberikan dalam menyiapkan obat untuk anak. Obat biasanya tidak disiapkan
dan dikemas dalam rentang dosis yang distandarisasi untuk anak. Menyiapkan
suatu dosis yang diprogramkan dari jumlah yang tersedia membutuhkan perhitungan
yang teliti.
Orang tua adalah sumber yang berharga dalam
mempelajari cara terbaik pemberian obat pad anak. Kadang kala trauma pada anak
berkurang, jika orang tua yang memberikan obat dan perawat mengawasinya.
Lansia
Pemberian obat pada lansia juga membutuhkan
pertimbangan khusus. Di samping perubahan fisiologis penuaan, factor tingkah
laku dan ekonomi juga mempengaruhi penggunaan obat pada lansia.
Perawat yang memberi obat kepada lansia harus
mencermati lima pola penggunaan obat oleh klien lansia sebagaimana yang
diidentifikasi Ebersole dan Hess (1994).
1.
Polifarmasi. Artinya klien menggunakan banyak obat, yang
diprogramkan atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangguan secara
bersamaan. Apabila ini terjadi, ada risiko interaksi obat dengan obat lain dan
makanan.
2.
Meresepkan obat sendiri (self-prescibing of medication).
Berbagai gejala dapat dialami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi,
insomnia, dan ketidakmampuan mencerna. Semua gejala ini ditemukan pada
penggunaan obat yang dijual bebas.
3.
Obat yang dijual bebas. Obat yang dijual bebas digunakan oleh
75% lansia untuk meredakan gejala.
4.
Penggunaan obat yang salah (missue). Bentuk-bentuk
penggunaan obat yang salah oleh lansia antara lain : penggunaan berlebih (overuse),
penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang tidak
teratur (erratic use), dan penggunaan yang dikontraindikasikan.
5.
Ketidakmampuan (non compliance). Ketidakpatuhan
didefinisikan sebagai penggunaan obat yang salah secara disengaja.
PEMBERIAN
OBAT ORAL
Cara pemberian obat yang paling diinginkan ialah per
oral. Obat oral adalah obat yang paling aman dan paling mudah diberikan,
kecuali jika klien menderita gangguan fungsi cerna atau tidak mampu menelan.
Kebanyakan tablet dan kapsul harus diberikan bersama
cairan dalam jumlah yang adekuat. Hal ini memberi perawat kesempatan untuk
meningkatkan asupan cairan klien. Untuk klien yang terpasang selang
nasogastrik, obat-obatan cair lebih dipilih. Namun, pada pemberian beberapa
tablet dapat dihancurkan dan kapsul dibuka untuk dicampur dalam larutan.
Saat membarikan obat per oral, perawat harus
melindungi klien dri kemungkinan aspirasi. Memberi posisi duduk pada klien atau
berbaring miring akan mencegah akumulasi obat cair atau padat di belakang
tenggorokan.
Klien yang menelan dengan lambat sebaiknya tidak
dipaksa untuk minum banyak cairan setiap kali menelan. Apabila klien sulit
menelan tablet, bentuk obat lain dapat dipertimbangkan, misalnya, supositoria.
Setelah obat diberikan, jika klien dianjurkan mencatat asupannya, catat jumlah
cairan yang digunakan untuk memberikan obat.